Surabaya (www.pilar.id) – Pengunjung memilih bibit bunga di kios pedagang tanaman di Pasar Bunga Bratang, Surabaya, Jawa Timur. Sesekali melirik ke hamparan bunga indah di depan mata, menunjuk bahkan ada yang mencium aromanya.
Potret seperti ini terus bergulir setiap hari. Meski ada kata pasar, kawasan ini tak pernah ramai oleh pengunjung. Tapi menurut sumber di tempat ini, jumlah pengunjungnya relatif tetap. Setidaknya jika dihitung berdasar transaksi yang ada.
Ya, pasar bunga adalah satu dari sekian usaha yang nyaris tak lekang di masa pandemi. “Ada pengurangan omzet, tapi biasa saja. Selama ini juga naik turun. Tapi selalu ada,” aku salah satu pedagang yang enggan menyebut nama.
Pandemi Covid-19 membuat banyak orang memanfaatkan lahan untuk menanam bunga. Artinya saat ada pelanggan yang tak lagi datang, ada pelanggan baru bermunculan.
Berkebun, menanam bunga, jadi tradisi mengasyikkan selama pandemi. Sebagai aktivitas mengisi waktu luang, mengurangi rasa bosan, sekaligus menciptakan ketahanan pangan dalam skala kecil bagi keluarga. Di luar itu, tanaman hias juga jadi paru-paru kecil untuk lingkungan di sekitarnya, seperti taman atau hutan kota.
Pasar Bunga Bratang berdiri sejak 2002. Di tempat ini, sejumlah pedagang mengadu nasib bersama-sama. Selain menawarkan bunga, mereka juga menjajakan bibit terbaik, kantong dan zak berisi humus, pupuk, bahkan tanah. (pat)