Jakarta (pilar.id) – Sekretaris Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Kukuh Kumara mengatakan, daya beli masyarakat belum mendukung untuk memiliki mobil listrik. Data Gaikindo menyebutkan 70 persen dari konsumen lebih memilih kendaraan dengan harga di bawah Rp300 juta.
“Sementara kendaraan listrik, atau baterai electric vehicle termasuk juga yang hybrid itu harganya masih di atas Rp600-Rp700 juta, bahkan ada yang di atas Rp1 miliar,” kata Kukuh, di Jakarta, Kamis (21/4/2022).
Menurut Kukuh, konsumen mobil listrik kurang dari 1 persen. Karena itu, pemerintah perlu menerapkan target waktu serta batasan harga agar mobil listrik dapat diserap oleh masyarakat.
“Kendala-kendala itu perlu kita atasi, tapi yang jauh lebih penting adalah kesiapan konsumen kita sejauh apa,” terangnya.
Meskipun peluang bisnis tinggi, namun rasio kepemilikan mobil di Indonesia masih relatif rendah. Kumara menyampaikan rasio kepemilikan mobil di Indonesia adalah 99 unit per 1000 penduduk. Sedangkan di Malaysia yang hanya berpenduduk 32 juta jiwa, rasio kepemilikan mobil sudah di atas 400 unit per 1000 penduduk.
“Thailand 240 unit per 1000 penduduk, jadi potensinya cukup besar,” kata dia.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad mengatakan, sejak 2019 hingga 2021, dukungan pemerintah untuk pengembangan mobil listrik dinilai sudah cukup banyak melalui peraturan pemerintah (PP). Namun, semua aturan tersebut belum bisa dijadikan batu sandaran untuk pengembangan mobil listrik di Indonesia menjadi lebih cepat.
“Kenapa belum? Karena ekosistemnya belum semuanya terpenuhi dengan baik,” tutupnya. (ach/din)