Malang (pilar.id) – Melihat perkembangan digital yang kian pesat, membuat 5 mahasiswa Fisip Univeristas Brawijaya (UB) Malang ini tergerak dalam membuat inovasi berbasis digital pada dunia Usaha Mikro Kelas Menengah (UMKM), melalui aplikasi Learnesia
Aplikasi Learnesia merupakan aplikasi yang penggunanya akan belajar tentang pelatihan keahlian digital yang berguna untuk mengembangkan usaha, namun aplikasi yang mereka kembangkan ini memiliki keunggulan di gagasan training, incubation, serta bantuan funding bagi UMKM yang memenuhi syarat.
Ke lima mahasiswa tersebut ialah, Satria Naufal, Tifany Pamela, Rachel Priscila, Vatia Wahani dan Theo Gerald, yang diketuai oleh Rachel Priscila. Ia menjelaskan, timnya mengangkat tema Digital Talent dan Pemberdayaan UMKM wilayah Bali melalui Learnesia, karena digital talent sepatutnya tidak menjadi hal asing bagi masyarakat
“Maka dari itu, pembekalan skill digital untuk bersaing di era teknologi sebaiknya diberikan dari jauh-jauh hari. Lalu adanya prospek yang baik jikalau proyek ini dapat sejalan dengan program pemerintah, yaitu digitalisasi UMKM. Oleh karenanya, melalui Learnesia kami berharap inisiasi ini dapat menjadi insight yang baik bagi negara secara keseluruhan,” ujarnya
Atas inovasi tersebut, mereka berhasil mendapat medali emas pada ajang Youth International Science Fair (YISF) pada kategori others dan mengalahkan 400 peserta dari berbagai negara Aisa, seperti Malaysa, Thailand, Korea Selatan dan Jepang. Rachel menceritakan, jika info tersebut ia dapatkan dari Instagram IYSA, yang juga sebagai penyelenggara lomba.
“Tim kami mendaftar di bulan Februari, kemudian mengirimkan extended abstract terkait produk kami, lalu Maret dilaksanakan sesi presentasi dan tanya jawab bersama juri selama 15 menit. Akhirnya1 bulan untuk persiapan lomba sampai akhirnya meraih Gold Medal pada kategori others,” cerita Rachel
Rachel menceritakan, pada mulanya dirinya dengan tim tergerak untuk ikut ajang tersebut, dikarenakan sebagai wadah mengasah skill serta kreativitas dalam menemukan solusi bagi permasalahan sosial yang sedang berlangsung.
“Sebelum mengikuti kompetisi, kami mempersiapkan waktu dan komitmen untuk belajar menekuni bidang lomba yang kami pilih. Selain itu, diskusi dan gladi bersih yang cukup untuk sesi presentasi pun diadakan agar hasilnya semakin optimal,” imbuhnya.
Meski sempat mengalami kendala, dikarenakan domisili masing-masing anggota jauh. Akan tetapi, karena kecanggihan era yang terus berkembang, hal tersebut tak menjadi halangan bagi tim yang sudah pernah ikut lomba sebelumnya ini.
“Kami menemukan solusi dari kendala tersebut, yaitu dengan melakukan studi kualitatif melalui jurnal, buku, media berita, bahkan dokumen-dokumen negara,” sebutnya.
Kedepan dari hasil penelitian dan pengembangan aplikasi yang telah dibuat, Rachel mengatakan dirinya dengan tim akan terus mengembangkan dan sementara waktu masih akan mengikuti kompetisi lain.
“Karena Learnesia merupakan gagasan baru, maka kami akan kembangkan jika mendapat kesempatan, untuk sekarang mungkin kami akan tetap mengikuti lomba lain. Sembari mengembangkan inovasi produk atas permasalahan sosial lainnya yang kami temukan,” ucap mahasiswa semester 4 ini.
Adanya inovasi ini, Rachel serta timnya berharap agar hasil penelitian yang mereka ciptakan dapat menjadi opsi atau inspirasi bagi pemerintah maupun pihak swasta dalam mengembangkan produk yang bergerak pada bidang pemberdayaan digital talent. (jel/hdl)