Bandung (pilar.id) – Ada banyak kegiatan positif yang yang bisa dilakukan. Seperti yang dilakukan oleh Komunitas Belajar asal Bandung ini yang bernama Rumah Bintang atau yang biasa disebut Rubin.
Komunitas yang berdiri sejak tahun 2004 ini, berdasar cerita dari Niki Suryaman, salah satu founder dari Rubin, berawal dari hasil diskusi tongkrongannya yang kerap melihat anak-anak jalanan yang kehilangan waktu bermainnya dengan bekerja.
“Saat itu, saya dan teman-teman saya alumni Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 1 Bandung mempunyai keinginan untuk punya sekolah gratis,” kenangnya.
Demi mewujudkan keinginan tersebut, ke delapan pemuda tersebut, akhirnya memanfaatkan sebuah gudang di tempat tongkrongan mereka, untuk dijadikan ruang perpustakaan dan bermain bagi anak-anak sekitar
“Kita kumpulkan buku-buku yang kita punya dan mengajak anak-anak sekitar untuk belajar dan bermain gratis. Setiap akhir pekan akan ada pembelajaran bahasa Inggris dan menggambar,” ceritanya kepada Pilar.id
Nama Rumah Bintang, menurut cerita Mang Niki nama panggilannya tersebut, mempunyai arti, meski mereka rakyat biasa namun bisa bersinar bagi sesama seperti bintang.
“Meski kita rakyat kecil, kita bisa menjadi sinar dengan membantu sesama, layaknya bintang kecil yang banyak, namun bisa bersinar,” jabar pria kelahiran Bandung ini.
Berdiri selama 18 tahun, tak mudah bagi Komunitas Rubin. Mang Niki menyebut, jika telah beberapa kali lokasi mereka berganti di satu tempat ke tempat lain. Hingga dirinya sendiri sempat menjalani aktivitas Rubin secara mandiri
“Dulu, teman-teman Rubin sempat langsung mendatangi rumah anak-anak dan mengumpulkan mereka antara 6 sampai 7 orang untuk belajar dan bermain bersama, dari rumah ke rumah, tetapi Alhamdulillah tak menjadi kendala yang berarti,” syukur Mang Niki.
Saat ini Komunitas Rubin memiliki beberapa program. Diantaranya kegiatan Regular Mingguan, kegiatan ini biasanya diisi dengan kelas menggambar, nonton film bareng, jalan-jalan ke taman kota ataupun membuat sebuah karya, seperti kolase.
“Untuk materinya tergantung ide para volunteer, volunteer biasanya berganti tiap 3 bulan sekali. Selama 3 bulan, volunteer akan mengadakan kegiatan tiap minggunya. Rubin mencoba memfasilitasi kecerdasan yang dimiliki setiap anak,” jelas pria 41 tahun ini.
Tak hanya menyediakan ruang belajar dan bermain gratis bagi anak-anak sekitar usia 4 sampai 14 tahun yang berada sekitar basecamp yang kini berlokasi di Antapani ini. Namun Komunitas Belajar Rubin juga aktiv membantu anak-anak korban penggusuran dan kerap ke wilayah bencana alam demi menghibur anak-anak yang tengah mengalami kesusahan.
“Seperti sekarang, Rubin Bandung tengah mendampingi anak-anak korban penggusuran di salah satu daerah di Bandung dan kini tengah membuat kelas ketrampilan sablon ke lapas anak-anak dengan 12 kali pertemuan,”
Dalam bulan ini, Komunitas Rubin akan mengadakan pameran diakhir bulan ini, hasil karya anak-anak dari korban penggusuran itu, serta merayakan hari jadi Komunitas Rubin yang ke 18 tahun.
Kini Komunitas Rubin juga ada di Ciwidey, Jawa Barat dan baru-baru ini tengah membangun jaringan baru di Lampung. Mang Niki berharap jika semangat dan kegiatan seperti ini dapat terus dilakukan
“Saya harap anak-anak yang masih dan telah kami dampingi, bisa tumbuh sesuai kecerdasan mereka dan bermanfaat di manapun mereka tinggal, harapnya.
Tak hanya itu, Mang Niki juga berharap agar semangatnya tetap dijaga ” Semoga lebih banyak teman yang terlibat dalam gerakan ini, tidak perlu pakai nama Rubin yang penting semangatnya tetap dijaga,” pungkasnya. (jel)