Jakarta (pilar.id) – Hari Raya Idul Fitri 1443 Hijriah akan tiba sebentar lagi. Arus mudik menuju kampung halaman masing-masing pun sudah mulai ramai oleh para pengendara.
Namun, keramaian itu belum berdampak pada para penyedia jasa penukaran uang pecahan kecil. Seperti diketahui, lebaran dan uang receh adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan begitu saja.
Sebab, ada tradisi membagi-bagikan uang ke anak-anak kecil yang datang bersilaturahmi di masa lebaran. Baik itu anak tetangga atau kerabat, bahkan anak-anak yang mungkin, tak kita kenal orang tuanya.
Meski begitu, sampai H-6 menjelang lebaran tahun ini, masih belum banyak masyarakat yang menukarkan uang mereka di jasa penukaran uang pinggir jalan. Hal ini terutama dirasakan oleh mereka yang menyediakan jasa penukaran di jalur-jalur mudik.
Salah satunya, seperti yang terjadi pada Tina, penyedia jasa yang mangkal di kawasan Pasar Rebo hingga Ciracas, jalan TB Simatupang, Jakarta Timur.
“Sepi. Hari ini baru 1. Itu pun cuma Rp100 ribu saja. Tahun lalu, walaupun ada covid tapi penjualan masih lumayan, bisa Rp500an ribu sehari,” kata Tina di Jakarta, Selasa (26/4/2022).
Kondisi tahun ini, jauh berbeda dengan yang terjadi di tahun sebelumnya. Menjelang lebaran tahun 2021 lalu misalnya, hanya butuh waktu kurang dari 2 jam untuk mereka bisa menghabiskan uang pecahan kecil senilai Rp15 juta.
Perempuan berusia 56 tahun ini menuturkan, sepinya pelanggan dikarenakan perbankan mulai masuk ke terminal Kampung Rambutan. Para pemudik hanya cukup menyiapkan uang dan mengantri saja.
“Ada tiga bank di terminal,” katanya.
Sementara, pemudik yang ingin menukarkan uangnya melalui Tina, harus memberikan jasa sebesar Rp10 ribu setiap kelipatan Rp100 ribu. “Jadi kalau menukar Rp100 ribu, bayarnya Rp110 ribu,” kata dia.
Tina sendiri mulai menggelar lapaknya biasanya dari pukul 08.00 WIB. Ia mulai berjualan sejak sepekan lalu. “Yang penting kita sabar,” katanya.
Meski cukup pengalaman dalam bisnis penukaran uang, namun Tina merasa kapok. Hal itu karena belajar dari pengalaman tahun ini yang mulai sepi peminat.
Ia pun berbagi sedikit tips agar tetap bisa eksis menjalankan bisnis. Belajar dari tahun-tahun sebelumnya, biasanya setelah mendapatkan untung ia membelikan sejumlah emas.
“Nanti pas waktunya mau dipakai modal begini, kita gadaikan saja. Karena pinjam saudara belum tentu percaya,” kata Tina. (ach/fat)