Surabaya (pilar.id) – Salah satu warisan kuliner khas Tionghoa adalah misoa atau misua. Mie putih bertekstur halus ini menjadi simbol harapan atas umur yang panjang bagi masyarakat Tionghoa. Umumnya disajikan saat ulang tahun, pernikahan atau acara khusus seperti peringatan Imlek.
Salah satu produsen misua adalah pabrik mie dengan merek Marga Mulja yang berdiri sejak 1948 di Jalan Pesapen Selatan 32, Surabaya. Sajian suku Fu Qing ini masih diproduksi dengan peralatan tradisional. Meskipun, untuk kemasan akhir telah menggunakan mesin.
Adalah Jeffry Sutrisno, generasi ke-3 keluarga Mie Marga Mulja yang kini menjalankan roda perusahaan keluarga ini sejak 2014. Jefry sendiri meneruskan tampuk pengelolaan pabrik misua dari kakak iparnya.
Kualitas rasa dan tekstur misua tak cuma diturunkan lewat pengolahan, namun juga melalui pendekatan personal pimpinan dan karyawan di Marga Mulja. “Jika kamu berkerja keras dan bersungguh- sungguh di perusahaan ini, tidak mustahil kamu bisa jauh lebih sukses dari saya, “ tutur Jefry saat memotivasi sekitar 25 karyawannya.
Hubungan kerja yang dibarengi sikap komunikasi yang mengedepankan kekeluargaan membuat karyawan lebih betah. “Saat ini, masih ada karywan kami yang tekah bekerja selama kurang lebih 30 tahu,” kata Jefry.
Selain hari-hari penting seperti Imlek, misua Marga Mulja mengalami kenaikan produksi di bulan suci ramadan. Di masa-sama banyak permintaan, pabrik misua Marga Mulja mampu memproduksi hingga 3000 bal atau sekitar 1,5 ton misua. (arj/hdl)