Jakarta (pilar.id) – Medio Maret 2020, mahasiswi kedokteran Universitas Indonesia (UI) ini gelisah bukan main, setelah mendengar kabar dari seorang presenter di televisi. Pembawa berita itu mengabarkan kabar buruk. Virus corona sudah merangsek masuk ke Indonesia.
Selepas itu, naluri mahasiswi yang memiliki nama lengkap Adriana Viola Miranda pun terketuk. Ia melihat celah agar bisa bermanfaat bagi orang banyak di dunia, sekalipun statusnya masih mahasiswi. Saat itu, informasi yang berkaitan dengan covid-19 masih sangat minim.
Tak pikir panjang, ia lantas membuat suatu platform yang fokus untuk kampanye ihwal Covid-19 secara virtual. Kalau platform tersebut adalah Students Againts Covid-19.
“Sebagai mahasiswa, mungkin saya harus bisa kontribusi ke masyarakat. Tapi karena saya masih mahasiswa jadi tidak bisa berkontribusi sebagai tenaga kesehatan,” kata Adriana saat berbincang dengan Pilar.id melalui sambungan telepon, Rabu (29/12/2021).
Dia bilang, Students Againts Covid-19 sejatinya tak hanya digagas oleh dirinya. Platform yang fokus pada literasi mengenai virus corona itu melibatkan sesama mahasiswa dari beberapa negara, mulai dari Amerika Serikat, Yunani, hingga Dubai.
Kini, platform bentukan Adriana dan kawan-kawannya tersebut memiliki 1.300 member atau relawan di 110 lebih negara. Dari awal tujuannya untuk kampanye virtual, akhirnya menjadi pemberdayaan pemuda selama covid-19.
Pemuda-pemuda di dunia, mulai dari SMA hingga S3 pastinya memiliki kapsitas masing-masing untuk membantu penanganan covid-19. Mulai dari meningkatkan literasi, membuat kompetisi, hingga membuat ide untuk membantu penanggulangan covid-19.
Tidak hanya mengedukasi dan menyampaikan informasi soal covid-19 kepada masyarakat di dunia maya, Student Againts Covid-19 juga memiliki program di lapangan.
“Kami juga memiliki program fund raising hingga kompetisi offline, namun saat ini hanya dilakukan di empat negara yakni India, Amerika Serikat, Inggris dan Pakistan. India menjadi fokus utama program offline tersebut,” ujarnya.
Meskipun masih seumur jagung, nyatanya platform yang digagas perempuan 22 tahun ini mendulang berbagai macam penghargaan dan pencapaian. Dan tentunya bermanfaat bagi masyarakat luas.
Penghargaan yang dicapai ialah CUGH-Pulitzer High Impact Award 2021, 1st Prize DICE COVID-19 Global Innovation Challenge, dan Grant dari The Pollination Project.
Sementara pencapaian yang telah diraih ialah 1.000 lebih materi edukasi seputar COVID-19 dan kesehatan yang diterjemahkan ke 39 bahasa, 6 juta impressions pada akun media sosial SAC, menandatangani surat terbuka untuk G7 dan G20 bersama World Federation of Public Health Associations (WFPHA), serta merepresentasikan 160 juta profesional di seluruh dunia.
“Students Againts Covid-19 saat ini sedang fokus kampanye virtual di media sosial dan membuat kegiatan. Agustus lalu kita bikin kongres dengan mendatangkan ahli dari seluruh dunia. Desember ini kami juga lagi menyelenggarakan konvensi serupa, tapi fokusnya kepada bagian klinis dari virus coronanya,” terang Adriana.
Adriana memang memiliki rasa keperdulian yang tinggi terhadap lingkungannya, terutama di bidang kesehatan. Segudang prestasi atau capaian individu pun diraihnya.
Tahun lalu, Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) angkatan 2016 ini yang tergabung dalam tim bernama AmigoO, berhasil menjuarai kompetisi internasional bertajuk MIT Covid-19 Challenge: Latin America vs Covid-19. Adriana juara pada kategori “Track B. New Ways to Deliver Care in a Covid-19 World”.
Melalui kompetisi ini, Adriana dan tim menawarkan solusi berupa pelayanan kesehatan dengan sistem telemedicine berbasis WhatsApp atau SMS bagi yang tidak memiliki akses ke internet, agar dapat memberikan pelayanan kesehatan yang memadai bagi populasi rentan dengan kondisi kronis.
Kompetisi yang diselenggarakan oleh Massachusetts Institute of Technology, Amerika Serikat tersebut berlangsung pada 19–21 Juni 2020 yang lalu itu dilakukan secara daring.
Adriana menjadi satu-satunya mahasiswa dari Indonesia di dalam Tim Amigo yang anggotanya berasal dari berbagai negara, yaitu Chile, Brasil, Argentina, Sri Lanka, dan Amerika Serikat. Anggota tim ini pun memiliki latar belakang profesi yang beragam mulai dari dokter, pakar kesehatan masyarakat, hingga ahli bioteknologi. Hanya Adriana dalam tim ini yang masih berstatus mahasiswi kedokteran.
Selain menjuarai MIT Covid-19 Challenge, pada 2018 Adriana juga pernah juara tiga di Nepal lomba kedokteran. Setelah itu di Ukraina, dia juga pernah memenangkan lomba kedokteran.
“Saya juga pernah beberapa kali mewakili Indonesia presentasi karya ilmiah. Ada juga karya saya terpilih untuk presentasi di konvensi yang diselenggarakan Harvard University bekerja sama dengan University Of Toronto,” pungkasnya. (her)