Jakarta (pilar.id) – Setiap tahun, Indonesia selalu mengirimkan jamaah haji ke Arab Saudi. Kuota jamaah haji dari Indonesia bahkan menjadi yang terbesar di dunia.
Namun, selama itu pula, angka kematian jamaah haji asal Indonesia masih berada di angka yang tinggi. Dengan kuota haji sekitar 221 ribu orang, ada 300 hingga 400 jamaah haji yang meninggal dunia per tahunnya.
Kondisi tersebut, menjadi perhatian tersendiri bagi Kementerian Kesehatan. Mereka berharap petugas penyelenggara ibadah haji (PPIH) bisa memberikan pendampingan, edukasi, serta pelayanan yang maksimal. Sehingga, angka kematian tersebut bisa diminimalisir.
Hal ini disampaikan oleh Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Kunta Wibawa Dasa Nugraha. Bertolak dari fakta tersebut, Kunta berharap PPIH bisa memberikan pelayanan kuratif.
Sekaligus terus melakukan pendampingan dalam rangka upaya preventif dan promotif. Sehingga, kondisi kesehatan jamaah terjaga dengan baik dan mengurangi risiko kematian.
Kunta menambahkan, penyelenggaraan haji tahun ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Penyelenggaraan haji tahun ini masih dalam upaya penanganan pandemi Covid-19, sehingga ia menekankan pentingnya menerapkan protokol kesehatan.
“Penerapan protokol kesehatan untuk meminimalisir Covid-19 merupakan hal yang sangat mandatori,” kata Kunta.
Kunta juga mengimbau PPIH dan jamaah haji agar mewaspadai perubahan cuaca ekstrem di Arab Saudi. Diperkirakan pada puncak Haji, yaitu bulan Juni-Juli 2022, suhunya akan lebih panas dibanding kondisi biasanya.
PPIH diminta untuk terus mengedukasi jamaah agar memperbanyak minum untuk mencegah dehidrasi. Gerakan minum bersama, jangan tunggu haus harus benar-benar dipastikan dapat berjalan dengan baik.
“Serta terus mengingatkan agar jamaah membatasi aktivitas fisik di luar ruangan,” kata Kunta.
Sebelumnya, Kementerian Kesehatan melepas 776 orang PPIH Arab Saudi. Adapun petugas yang diberangkatkan terdiri dari dokter, dokter spesialis, dokter gigi, perawat, dan tenaga kesehatan lainnya. (ach/fat)