Surabaya (pilar.id) – Berawal dari keprihatinan melihat banyaknya anak-anak usia sekolah yang berkeliaran di sekitar bantaran Kalimas sisi seberang timur Jembatan Merah, Aristiana, warga Surabaya mendirikan Komunitas Cahaya Bunda (KCB) yang fokus mendampingi anak-anak tersebut untuk melakukan kegiatan yang lebih positif.
Disebutkannya, mereka adalah anak dari para pemulung atau tuna wisma yang banyak mendiami bantaran Kalimas sampai pergudangan tua di kawasan Pasar Pabean. “Saat itu sekitar 2013 banyak anak-anak yang ikut mencari barang bekas di sekitar situ, atau menjual koran serta tisu dan minuman di jalanan,” ujarnya.
Tak mudah untuk bisa mengajak anak-anak ini sekedar belajar membaca dan menulis, karena adanya penolakan dari orangtua mereka sendiri. Pelan namun pasti, dengan ketelatenan dan ketulusan untuk mendampingi anak-anak, akhirnya keberadaannya bisa diterima.
Dari sebelumnya mereka rutin berkegiatan ngemper di luar ruangan di pinggir Kalimas, karena kedermawanan warga pula, komunitas ini akhirnya memiliki basecamp berupa gudang yang dipinjamkan secara cuma-cuma untuk digunakan komunitas dalam mendampingi anak-anak.
Akhirnya banyak dermawan dan relawan yang mengunjungi anak-anak untuk sekedar berbagi, belajar hingga bermain bersama. Seperti sore di pertengahan bulan November itu, beberapa murid dari SMP Muhammadiyah 2 Surabaya berkesempatan mendatangi sebayanya di Rumah KCB.
Mereka bermain bersama dengan permainan edukasi. Ada pula yang mengajari Bahasa Inggris. Diantara murid-murid tersebut bahkan ada yang melatih gerakan dasar beladiri Tapak Suci. “Senang bisa melatih teman-teman ini gerakan tapak suci, apalagi mereka yang banyak di jalanan juga butuh ilmu untuk membela diri kalau terjadi hal yang tak diinginkan,” kata Irfansyah salah satu siswa.
Komunitas Cahaya Bunda tak menutup diri bagi siapa saja yang tergerak hati untuk berbagi. Rumah KCB juga terbuka untuk semua yang peduli dengan sesama. (ton/hdl)