Jakarta (pilar.id) – Presiden Joko Widodo mengungkapkan apresiasinya terhadap ketangguhan sektor properti, real estat, dan konstruksi di Indonesia, yang berhasil menjaga momentum pertumbuhan meskipun menghadapi perlambatan ekonomi global.
Presiden Jokowi juga menilai bahwa sektor-sektor ini telah menjadi lebih kompetitif dan memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional.
“Saya sangat senang, di tengah tantangan perlambatan ekonomi global, sektor properti, real estat, dan konstruksi di Indonesia menunjukkan ketahanan yang luar biasa, kokoh, dan semakin kompetitif,” ungkap Presiden Jokowi saat membuka Musyawarah Nasional Persatuan Perusahaan Real Estate Indonesia (REI) XVII Tahun 2023, di Grand Ballroom Hotel Sheraton Gandaria City, Jakarta, Rabu (9/8/2023).
Ia menambahkan, bila dilihat kontribusi REI dari tahun 2018 hingga 2022, setiap tahunnya telah mencapai angka Rp2.300-2.800 triliun.
“Kontribusi yang besar dan telah menyumbangkan 16 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) ekonomi kita, angka yang sangat signifikan,” pujinya.
Selain memberikan dampak ekonomi yang positif, Presiden juga menyebut bahwa sektor properti, real estat, dan konstruksi juga menjadi penopang terciptanya lapangan pekerjaan dengan melibatkan sekitar 13-19 juta tenaga kerja.
Kontribusi terhadap PDB dan penyerapan tenaga kerja ini menjadikan banyak negara lain tertarik untuk menggalakkan pertumbuhan ekonominya melalui sektor properti.
“Terlepas dari kondisi ekonomi global, sektor properti memiliki pengaruh yang kuat di setiap negara. Banyak negara yang mengarahkan pertumbuhan ekonominya melalui sektor properti karena kontribusinya yang signifikan dalam PDB,” tambahnya.
Tidak hanya berdampak langsung, sektor properti, real estat, dan konstruksi juga memiliki efek berantai yang merambah ke 185 subsektor industri lainnya. Subsektor ini meliputi berbagai hal, mulai dari bahan bangunan seperti semen, besi, dan batu bata, hingga sektor furnitur, elektronik, dan peralatan rumah tangga.
“Kita tidak boleh melupakan pula dampak terhadap industri jasa, termasuk tukang listrik, tukang sampah, tukang kebun, hingga penyedia jasa sedot WC. Semua sektor tersebut akan terdorong bergerak,” lanjutnya.
Presiden menjelaskan bahwa sektor properti tidak selalu mampu bertahan dalam semua kondisi di berbagai negara, terutama di tengah pandemi Covid-19 dan isu-isu ekonomi lainnya.
Ia mengambil contoh sebuah perusahaan properti besar di negara lain yang mengalami kebangkrutan akibat utang yang terlalu besar.
Oleh karena itu, Presiden berharap agar perusahaan properti di Indonesia dapat senantiasa memperhatikan kebutuhan masyarakat serta memanfaatkan peluang yang ada.
“Kita bersyukur di Indonesia tidak mengalami situasi serupa karena kebutuhan akan properti masih sangat besar. Jumlah backlog kepemilikan rumah mencapai 12,1 juta, ini adalah peluang besar yang bisa dimanfaatkan oleh seluruh anggota REI,” tandasnya.
Presiden juga melihat bahwa prospek sektor properti di Indonesia masih cerah, terutama karena pertumbuhan jumlah keluarga baru yang mencapai 700-800 ribu setiap tahunnya. Selain itu, kinerja ekonomi nasional juga terus berkembang stabil di atas 5 persen.
“Baru-baru ini, pada hari Senin lalu, diumumkan bahwa pertumbuhan ekonomi kita mencapai 5,17 persen, dan telah mencatat pertumbuhan di atas 5 persen selama 7 kuartal berturut-turut. Dari seluruh negara dalam G20, hanya Indonesia, India, dan Tiongkok yang mampu mencapai pertumbuhan di atas 5 persen,” paparnya. (hdl)