Surabaya (pilar.id) – Dalam serial Drama Korea Doona! (2023), diceritakan bahwa Won Joon, seorang mahasiswa biasa, bertemu dengan mantan idola K-Pop bernama Doo Na. Mereka bertemu di rumah bersama atau share house.
Dari berbagai sumber, pilar.id menemukan informasi yang menyebutkan jika di Korea Selatan, rumah bersama atau share house dipahami sebagai tempat tinggal di mana beberapa orang yang tidak berhubungan keluarga tinggal bersama dalam satu rumah.
Biasanya, setiap orang memiliki kamar pribadi mereka sendiri, tetapi mereka berbagi ruang bersama seperti dapur, ruang tamu, dan kamar mandi.
Share house memiliki banyak manfaat, termasuk biaya sewa dan utilitas biasanya lebih murah di share house daripada jika Anda tinggal sendiri. Selain itu share house biasanya lebih aman daripada tinggal sendiri, karena setiap orang memiliki orang lain yang dapat membantu Anda jika terjadi sesuatu.
Share house juga dianggap sebagai adalah cara yang bagus untuk bertemu orang baru dan menjalin pertemanan. Apalagi model tempat tinggal seperti ini sering kali dilengkapi dengan fasilitas yang lengkap, seperti dapur, ruang tamu, mesin cuci, dan pengering.
Namun, share house juga memiliki beberapa kekurangan, khususnya privasi. Ya, dengan share house, setiap orang harus berbagi ruang bersama dengan orang lain, yang berarti Anda mungkin tidak memiliki banyak privasi.
Dampak lain, tentu saja kurangnya kebebasan. Setiap orang yang tinggal di tempat ini harus mematuhi beberapa peraturan, seperti jam malam atau jadwal bersih-bersih. Lalu dampak lain adalah bom waktu bernama konflik.
Tinggal dengan orang lain dapat menyebabkan konflik, terutama jika Anda tidak memiliki banyak kesamaan dengan mereka.
Secara keseluruhan, share house adalah pilihan yang bagus bagi orang yang ingin menghemat uang, tinggal di lingkungan yang aman dan sosial, dan memiliki akses ke fasilitas yang lengkap. Namun, penting untuk mempertimbangkan kelebihan dan kekurangannya sebelum memutuskan untuk tinggal di share house.
Meskipun bukan suami istri
Di Korea Selatan, tinggal bersama di luar ikatan pernikahan semakin diterima masyarakat. Menurut survei baru pemerintah, tingkat penerimaan masyarakat tumbuh menjadi 65 persen dari yang semula 46 persen pada satu dekade lalu.
Ada beberapa faktor yang berkontribusi pada peningkatan penerimaan kohabitasi di Korea Selatan, termasuk perubahan nilai-nilai sosial, dimana masyarakat Korea Selatan menjadi lebih toleran terhadap hubungan yang tidak konvensional.
Lalu faktor ekonomi, dimana biaya hidup di Korea Selatan sangat tinggi, sehingga banyak orang yang tidak mampu membeli rumah sendiri.
Faktor budaya yang perlahan berubah menjadikan share house jadi pilihan yang semakin populer di Korea Selatan sebagai cara untuk bertemu orang baru dan menjalin pertemanan.
Meskipun kohabitasi semakin diterima masyarakat, masih ada beberapa orang yang menentangnya. Mereka berpendapat bahwa kohabitasi adalah hal yang tidak pantas dan dapat merusak moral masyarakat.
Pada tahun 2022, pemerintah Korea Selatan mengeluarkan undang-undang yang memberikan hak-hak tertentu kepada pasangan yang tinggal bersama, seperti hak untuk berbagi aset dan hak untuk mendapatkan tunjangan. Undang-undang ini merupakan langkah penting dalam pengakuan kohabitasi sebagai bentuk hubungan yang sah di Korea Selatan. (ret/ted)