Lumajang (pilar.id) – Hari itu, para petani terpaksa memanen padi lebih cepat karena terkena dampak erupsi Gunung Semeru. Mereka, warga Desa Sumber Wuluh, Candipuro, Lumajang, Jawa Timur, terancam gagal panen akibat lahar letusan Gunung Semeru.
Seperti diketahui, erupsi Gunung Semeru kembali terjadi pada Minggu (19/12/2021) pukul 05.31 WIB. Berdasarkan pengamatan Mitigasi Gunungapi Pusat Vulkanologi, dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) tercatat di seismogram amplitudo maksimum 20 milimeter dan lama gempa 720 detik.
Jarak luncur awan panas sejauh 3 kilometer dari tengah lidah lava atau 1.500 meter, sementara status Gunung Semeru masih Siaga Level III sejak 16 Desember 2021.
Gunung Semeru, ada yang menyebutnya sebagai Gunung Meru, adalah gunung berapi kerucut sekaligus gunung tertinggi di Pulau Jawa. Ketinggian puncaknya, Mahameru, 3.676 meter dari permukaan laut (mdpl). Gunung ini terbentuk akibat subduksi Lempeng Indo-Australia kebawah Lempeng Eurasia.
Gunung Semeru juga merupakan gunung berapi tertinggi ketiga di Indonesia setelah Gunung Kerinci di Sumatra dan Gunung Rinjani di Nusa Tenggara Barat. Kawah di puncak Gunung Semeru dikenal dengan nama Jonggring Saloko.
Tahun 1913 dan 1946, Kawah Jonggring Saloka memiliki kubah dengan ketinggian 3.744,8 m hingga akhir November 1973. Di sebelah selatan, kubah ini mendobrak tepi kawah menyebabkan aliran lava mengarah ke sisi selatan meliputi daerah Pronojiwo dan Candipuro di Lumajang. (pat)