Kulon Progo (pilar.id) – Selain menyajikan keindahan dan kesejukan alamnya, Waduk Sermo juga menyimpan kekayaan beragam sumber daya ikan. Salah satunya, ikan predator Red Devil (Cichlasoma labiatum) atau ikan setan merah yang menguasai di perairan Waduk Sermo, Kapanewon Kokap, Kabupaten Kulon Progo.
Adalah Karsin, pemilik usaha olahan krispi ikan dan abon Lohan Mina Rasa dengan tangan terampilnya mampu mengolah ikan dengan populasi mencapai 80 persen di Waduk Sermo menjadi panganan yang unik, renyah dan nikmat.
Karsin menjelaskan usahanya yang berada di Pedukuhan Soka, Kalurahan Hargowilis, Kapanewon Kokap ini berawal dari melimpahnya ikan red devil di wilayahnya dan tidak ada yang membeli dan mengolahnya.
“Awalnya kita mengolah ikan untuk konsumsi pribadi, namun karena sisa banyak kemudian diolah ulang, dan kita coba titipkan ke warung-warung, ternyata cukup diminati masyarakat,” katanya, Selasa (29/11/2022).
Setelah itu, lalu pada tahun 2010 Karsin mendapat pendampingan dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kulon Progo maupun bimbingan Kementerian Perikanan dan saat itu Karsin didapuk menjadi binaan hingga pemasarannya kian dikenal banyak orang.
“Dari pemerintah ada pembinaan tentang usaha pengolahan ikan, diberi fasilitas alat-alat, dan legalitas pemasaran,” ungkapnya.
Usaha yang telah dimulai sejak tahun 2006 ini, lanjutnya setiap hari dapat menghabiskan sekitar 80 kilogram ikan red devil segar yang dibeli dengan harga Rp 6.000 per kilogram dari masyarakat yang menangkap ikan di Waduk Sermo.
“Proses pembuatan krispi Red Devil ini mudah. Pertama, bersihkan ikan, lalu masukkan ke adonan tepung yang telah di campur bumbu garam dan jeruk nipis, lalu di goreng sampai renyah,” paparnya.
Setelah matang, krispi tersebut diangkat dan didiamkan sampai kering untuk selanjutnya dikemas dengan berbagai ukuran mulai dari Rp 7.000 – 11.000 per 100 gram, hingga Rp 70.000 per 1 kilogram.
Selain membuat olahan red devil, Karsin juga mengembangkan olahan ikan teri dan ikan lele yang diproduksi dalam bentuk olahan abon ataupun digoreng. Adapun produksi ikan teri mencapai 200 kilogram dan ikan lele 20 kilogram per minggu.
“Kami juga mengembangkan ikan teri dan abon lele yang juga pemasarannya sudah cukup luas seperti Jawa Tengah, Jawa Barat, Jakarta,” pungkasnya. (riz/fat)