Jakarta (pilar.id) – Laga Arema FC melawan Persebaya Surabaya pada pekan ke-11 Liga 1 Indonesia 2022 di Stadion Kanjuruhan berakhir rusuh. Tragedi yang menewaskan 127 orang di Malang, Sabtu (1/10/2022) ini tak hanya jadi sorotan media nasional, tapi juga internasional.
Seperti The Guardian yang menulis, 120 orang tewas dalam kerusuhan pascapertandingan Arema FC vs Persebaya Surabaya dengan skor 2-3.
The Guardian mengutip pernyataan Wiyanto Wijoyo, sumber di kantor kesehatan daerah Malang yang menyebut lebih dari 120 orang tewas dan masih mengumpulkan jumlah korban yang terluka dan tengah dirujuk ke rumah sakit setempat.
Media asal Inggris ini menulis, “Perkelahian kabarnya dimulai saat ribuan suporter Arema berhamburan ke lapangan usai timnya kalah. Pemain Persebaya langsung meninggalkan lapangan, namun beberapa pemain Arema yang masih berada di lapangan juga ikut diserang”.
Hal yang sama juga dilakukan New York Times, media Amerika Serikat, yang juga mengabarkan tentang kerusuhan ini. Ditulis, beberapa orang tewas setelah lusinan suporter masuk ke lapangan seusai pertandingan.
“Kekerasan sepak bola telah lama menjadi masalah bagi Indonesia. Kekerasan, seringkali persaingan mematikan antara tim-tim besar adalah hal biasa,” demikian New York Times.
“Beberapa tim bahkan memiliki klub penggemar dengan apa yang disebut komandan, yang memimpin pasukan pendukung untuk pertandingan di seluruh Indonesia. Suar sering dilemparkan ke lapangan dan polisi anti huru hara selalu hadir di banyak pertandingan,” sambung tulisan tersebut.
Dalam pertandingan tersebut, Persebaya Surabaya berhasil memenangkan pertandingan berkat gol yang dicetak oleh Silvio Rodrigues, Leo Lelis serta Sho Yamamoto, sedangkan Arema FC sempat membalas melalui Abel Camara (2).
Akibat kerusuhan ini, operator kompetisi PT Liga Indonesia Baru (LIB) menyetop Liga 1 Indonesia 2022-2023 selama sepekan dan itu merupakan arahan dari ketua umum PSSI Mochammad Iriawan.
LIB menyatakan, kerusuhan yang terjadi di Stadion Kanjuruhan menyebabkan beberapa orang meninggal dunia. Namun, jumlah korban yang kehilangan nyawa masih belum dapat dipastikan. (hdl/ant)