Banyuwangi (pilar.id) – Pasang surut kesenian Tari Gandrung mewarnai perjalanan identitas kebudayaan Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.
Mulanya, kesenian tari yang dinamis ini lahir dari upaya perwujudan rasa syukur masyarakat agraris di ujung timur pulau Jawa ini kepada para leluhur.
Pada perkembangan selanjutnya, Tari Gandrung menjadi tari pergaulan dan berujung menjadi ikon kesenian Banyuwangi, seperti dikutip dari pernyataan Dr. Suwarno Wisetrotomo, kurator seni rupa dan dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta.
Upaya merawat identitas kota berlanjut hingga kini. Sebuah situs budaya berdiri sejak 2018 lalu di lahan kurang lebih empat hektar. Dua puluh persen area situs difungsikan sebagai pusat kegiatan kesenian bagi masyarakat. Selebihnya adalah hamparan hijau persawahan dan kebun produktif.
Taman Gandrung Terakota, nama situs budaya ini berada di Dusun Blimbingsari, Desa Tamansari, Kecamatan Licin, Kabupaten Banyuwangi. Hanya berjarak 1,3 kilometer dari Kawah Ijen atau sekitar 17 kilometer dari pusat kota dan bisa ditempuh dengan kendaraan pribadi dari Bandara Internasional Banyuwangi dalam waktu kurang lebih satu jam
Ratusan terakota dengan gestur penari Gandrung tersebar di situs ini. “Gestur yang berbeda-beda pada ratusan terakota diambil berdasar karya foto penari Gandrung yang sempat saya abadikan,” tutur Sigit Pramono, pendiri situs Taman Gandrung Terakota.
Jika orang-orang terdahulu menandai zaman dengan membangun patung atau monumen dari bebatuan besar dan kuat, ratusan ‘penari Gandrung’ di situs ini justru berwujud terakota dengan bahan tanah liat.
“Konsep terakota penari Gandrung di sini menjadi antitesis dari wujud penanda zaman yang pernah ada. Terakota yang ringkih, mudah retak dan dibuat seukuran tubuh manusia pada umumnya adalah wujud siklus kehidupan. Bahwa proses memahami, belajar, dan berkreasi adalah keabadian itu sendiri,” jelas Sigit yang juga fotografer lansekap ini.
Pelestarian tari Gandrung tak cuma berwujud kreasi terakota penari Gandrung. Tiap Sabtu, masyarakat bisa menyaksikan pagelaran dramatari Meras Gandrung di amfiteater situs budaya yang berada dalam kawasan Jiwa Jawa Ijen.
Menurut catatan, pelestarian kesenian di Banyuwangi melahirkan sekitar 12 sanggar tari pada tahun 2018. Festival tari juga sering digelar meski akhirnya terhenti saat pandemi tahun 2020 hingga 2022.
Saat pandemi mereda, upaya pelestarian kesenian berkelanjutan masih berdenyut di Taman Gandrung Terakota. Selain gelaran dramatari, terdapat sanggar kesenian yang bisa diakses masyarakat.
“Sanggar Taman Gandrung Terakota kami persembahkan secara nirlaba bagi anak-anak dan remaja di sekitar desa yang memiliki minat terhadap kesenian tari dan musik tradisional,” tutur mantan bankir kelahiran Batang, Jawa Tengah ini menutup pembicaraan. (muk/hdl)