Palu (pilar.id) – Berlatarakan lautan lepas yang berpelukan erat dengan langit. Di pantai yang dipenuhi dengan tumpukan bebatuan besar itu, berdiri sebauh masjid yang hanya tampak separuh bagian atas bangunannya saja.
Itulah Masjid Terapung Arkam Babul Rahman. Masjid terapung yang akhirnya tenggelam akibat tsunami dan likuifaksi yang menerjang kawasan Sulawesi Tengah.
Letaknya di Kelurahan Talise, Kota Palu, Provinsi Sulawesi Tengah. Masjid Terapung ini, masih tetap berdiri kokoh meski telah diterjang tsunami. Hanya saja, sudah tak bisa digunakan lagi untuk beribadah.
Fungsinya kini, beralih menjadi latar belakang foto masyarakat yang ngabuburit menanti waktu buka puasa di lokasi tersebut. Masjid ini, juga menjadi saksi bisu dari dahsyatnya tsunami dan likuifaksi yang menerjang Kota Palu tahun 2018 lalu.
“Di sini enak ngabuburit apalagi ditambah dengan pemandangan alam yang sangat indah sehingga tidak terasa sudah masuk waktu berbuka puasa,” kata salah satu pengunjung, Ahmad, Kamis (7/4/2022) petang.
Menurutnya tidak banyak tempat ngabuburit di ibu kota Provinsi Sulteng itu yang menyajikan pemandangan alam yang indah seperti di kawasan bekas tsunami Palu sebab menyajikan pemandangan alam yang sangat lengkap.
“Pemandangan lima dimensi berupa laut, sungai, teluk, lembah dan gunung dapat dinikmati warga gratis di sini bekas tsunami sini,” ujarnya.
Sama halnya dengan Arsyad, warga asli Kota Palu itu mengaku lebih suka ngabuburit di kawasan pantai di bekas tsunami dari pada di tempat lain seperti di bukit, warung kopi (warkop) maupun kafe.
“Lebih enak ngabuburit di pantai sini (kawasan bekas tsunami). Sambil tunggu waktu berbuka puasa, bisa menikmati hembusan angin laut sambil melihat nelayan melaut, memancing ikan dan ombak lautnya,” ucapnya.
Ia berharap pemerintah daerah setempat dapat memanfaatkan potensi keindahan alam Kota Palu di kawasan bekas tsunami sebagai destinasi wisata dan dapat dikelola dengan menata kawasan tersebut sehingga berdampak pada peningkatan perekonomian warga dan daerah. (fat/antara)