Solo (pilar.id) – Harga bahan pokok memang melambung tinggi. Walau dilaporkan sudah mengalami penurunan 1 hingga 4 persen, namun patokan harga itu masih relatif lebih tinggi untuk dijangkau masyarakat secara luas.
Menurut Dr. Suryanto, pakar ekonomi sekaligus Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, naiknya komoditas seperti cabe, minyak goreng dan telur bersumber dari beberapa hal.
“Saya melihat hal ini dipacu karena distribusi. Jadi, jalur-jalur distribusi ini harus diamankan karena libur nataru kemarin permintaan meningkat dan suplainya tidak lancar. Entah ada permainan atau para pelaku ekonomi kurang tepat,” jelasnya.
Kenaikan ini, lanjut dia, jika terus bertahan akan cukup berbahaya. Mengingat banyak sekali masyarakat yang masih belum menerima bansos. Golongan masyarakat itu akan menjadi orang yang menerima pukulan keras, karena tidak menerima tetapi menghadapi kenaikan.
“Kemudian dalam sektor usaha yang menggantungkan bahan baku, juga akan mengalami kenaikan sehingga mengalami masalah. Karena input usahanya meningkat dan harga jualnya harusnya meningkat, tetapi secara hukum ekonomi pasti permintaan akan menurun,” jelasnya.
Ini terjadi karena kemampuan untuk membeli sebagian kelompok masyarakat juga menurun. Pada periode waktu tertentu, omset pedangang akan menurun, sebab pembelinya semakin sedikit.
Memasuki tahun 2022, dengan menggunakan asumsi yang sudah ada, ekonomi akan sedikit lebih meningkat dibandingkan dengan tahun lalu.
Suryanto memprediksi, ekonomi Indonesia akan naik 3-4 persen. Sebab di tahun yang lalu masih banyak PPKM, seperti bulan Juni tahun lalu sudah mulai berangsur-angsur menurun PPKM di tahun 2021, hingga dapat bertumbuh 2-3 persen.
Tahun ini, katanya, akan lebih baik. Tetapi dengan asumsi PPKM tidak ada lagi, Omicron terkendali, pariwisata bisa berjalan lagi.
“Kalau saya lihat misal tidak bisa pulih 100 persen setidaknya masyarakat itu setidaknya bisa bepergian dan melakukam kegiatan tanpa hambatan yang signifilan, perhotelan, restoran dan pusat-pusat perdagangan, transportasi bisa berjalan tentu saja pasti akan meningkat,” imbuhnya.
Dikatakan Suryanto, munculnya perpu yang akan mendorong generasi muda terlibat aktif dan kreatif dalam membangun, akan menciptakan kegiatan-kegiatan ekonomi yang lebih baik.
Sehingga peluang-peluang bisnis dan starup dapat menciptakan lapangan kerja yang baru. Maka Indonesia bisa terus bergerak dalam masa-masa menuntut semuanya berubah dari masa lalu menuju 4.0 hingga ke 5.0. (put)