Jakarta (pilar.id) – Analis politik senior dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Siti Zuhro menilai, semua pihak harus mengontentasikan sebaik mungkin perempuan dalam Pemilu. Ke depan, harapannya banyak perempuan yang bisa menjadi pemimpin.
Sebagai bekal legislatif, eksekutif, dan yudikatif, kata Siti, hadirnya calon presiden dan kepala daerah perempuan dalam Pemilu bisa mendorong kaum perempuan untuk meningkatkan kesadarannya dalam berpolitik.
“Saya mendukung perempuan sebagai pemimpin. Perempuan harus diberikan tupoksinya. Biar masyarakat tahu bahwa penduduk kita yang mejemuk ini memiliki pilihan calon pemimpin yang banyak. Tidak hanya laki-laki saja,” kata Siti dalam acara diskusi Refleksi Akhir Tahun Perempuan Hebat dengan tema ‘Keoemimoinan Perempuan dalam Perspektif Kebangsaan’, Rabu (22/12/2021).
Indonesia pernah memiliki pengalaman dipimpin oleh presiden perempuan, yaitu Megawati Soekarnoputri. Namun, Megawati terpilih bukan melalui Pemilu melainkan hanya melanjutkan kepemimpinan Presiden Abdurahman Wahid (Gus Dur)
Meski demikian, dia menekankan, bahwa perempuan harus memiliki bisjt dan misi yang jelas bila menjadi politisi perempuan sebagai calon pemimpin nasional.
Agenda idealnya ialah membangun kemitraan yang setara antara laki-laki dan perempuan. Ketika perempuan berpolitik, niatnya adalah untuk mendedikasikan kiprah untuk bangsa.
“Jadi perempuan itu harus punya satu visi yang mulia,sehingga tidak menjadi politisi kutu loncat, masuk sini keluar lagi sana, tidak jelas,” tegasnya.
Selain itu, lanjutnya, calon pemimpin perempuan harus menunjukkan dan memiliki empati yang tinggi pada isu perempuan dan anak.
“Jaminan pemenuhan kebutuhan untuk anak dan perempuan serta peningkatan kualitas SDM dan pendidikan, harus menjadi visi dan misi,” tutupnya. (her)