Banggai Kepulauan (pilar.id) – Manajemen Pertamina EP Donggi Matindok Field Regional Indonesia Timur Subholding Upstream Pertamina, terus menunjukkan komitmennya terhadap Environmental, Social, Governance (ESG) dengan melakukan monitoring terhadap Program Pemberdayaan Masyarakat Adat Togong Tanga, yang merupakan bagian dari suku asli Pulau Peling, yaitu Suku Sea Sea di Kabupaten Banggai Kepulauan.
Tindakan ini menjadi manifestasi nyata dari komitmen terhadap kinerja ESG, di mana keberlanjutan pemberdayaan masyarakat adat menjadi salah satu indikator penting. Program ini juga sejalan dengan upaya pemerintah dalam mencapai Sustainable Development Goals, khususnya dalam hal perdamaian, keadilan, kelembagaan, ekosistem daratan, penanganan perubahan iklim, pekerjaan layak, pertumbuhan ekonomi, dan kesetaraan gender.
Monitoring dilakukan pada Selasa (23/1/2024) lalu terhadap Program Kokolomboi Lestari di Dusun Kokolomboi, Desa Leme Leme Darat, Buko, Kab. Banggai Kepulauan, seiring dengan kegiatan Syukuran Pencapaian PROPER Emas dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) bersama kelompok binaan.
Field Manager PEP Donggi Matindok Field, Ridwan Kiay Demak, menyampaikan terima kasih kepada stakeholder yang bermitra dalam memberdayakan masyarakat di Kokolomboi untuk meningkatkan lingkungan dan kesejahteraan ekonomi masyarakat. Monitoring ini dilakukan dengan harapan program dapat berjalan sesuai rencana dan target yang ditetapkan serta melakukan perbaikan berkelanjutan.
Desa Leme-leme Darat, berjarak sekitar 4 km dari pusat Pemerintahan Desa, 120 km dari pusat Kabupaten Banggai Kepulauan, dan 674 km dari pusat pemerintahan Provinsi Sulawesi Tengah. Secara geografis, desa ini berada di Pulau Peleng bagian barat, dengan ketinggian sekitar 2 meter di atas permukaan laut. Data Pemerintah Desa menunjukkan bahwa 15,05 persen penduduk Desa Leme-leme adalah penduduk miskin.
Melalui Program Kokolomboi Lestari, Pertamina EP Donggi Matindok Field mengintegrasikan tiga pendekatan, yaitu pendekatan ekologi, sosial-ekonomi, dan sosial-budaya. Pendekatan ekologi menjadi langkah awal untuk memperbaiki ekosistem dan rantai makanan satwa endemic di Kokolomboi.
Dalam rangka menjaga keberlanjutan program, kondisi ekonomi masyarakat juga ditingkatkan melalui cara-cara yang ramah lingkungan. Perusahaan bersama para pemangku kepentingan menciptakan inovasi budidaya lebah madu batu dan dahan yang ramah lingkungan melalui rumah lebah batang palem. Inovasi ini membantu para petani madu untuk tidak merusak pohon dan tebing di kawasan Kokolomboi.
Budidaya lebah madu tidak hanya mendukung rehabilitasi kawasan hutan, melainkan juga menciptakan mata pencaharian baru bagi masyarakat. Petani madu yang terlibat mencapai 10 orang dengan kemampuan panen madu batu sebanyak 2.000 liter/tahun dan madu dahan sebesar 1.750 – 2.000 liter/tahun.
Program ini tidak hanya memberikan manfaat ekonomi, tetapi juga memberikan dampak positif terhadap lingkungan. Terjadi restorasi lahan seluas 4 Ha dan pemulihan ekosistem dengan penanaman 2.500 bibit flora endemik. Peningkatan jumlah satwa endemik seperti Tarsius Peleng dan Gagak Banggai juga menjadi indikator positif dari program ini. (usm/hdl)