Jembrana (pilar.id) – Yayasan WWF Indonesia dan Indosat Ooredoo Hutchison meluncurkan Program Adopt Nest Technology (ANT), sebuah inovasi ekoeduwisata berbasis sains dan Internet of Things (IoT) di Kurma Asih, Jembrana. Program ini bertujuan untuk memantau suhu sarang penyu serta meningkatkan program adopsi sarang penyu sebagai bentuk donasi dalam mendukung konservasi penyu.
Acara soft launching ini dihadiri oleh berbagai pihak, termasuk PT Indosat Tbk, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jembrana, nelayan Desa Melaya, Robotec Udayana, dan Kelompok Pelestari Penyu Kurma Asih. Serah terima alat ANT menjadi puncak acara, yang menandai dimulainya implementasi teknologi canggih ini.
Yuliana Fitri Syamsuni, Marine ETP Species Specialist dari Yayasan WWF Indonesia, menyatakan, “Program ini fokus pada peningkatan kapasitas Kelompok Kurma Asih. Desain dan uji coba alat ANT telah berlangsung sejak September 2023 hingga Juli 2024. Teknologi ini diharapkan membantu memonitor suhu sarang penyu secara efektif dan mendukung sustainable financing.”
Pantai Perancak di Jembrana merupakan salah satu lokasi utama peneluran penyu lekang (Lepidochelys olivacea) di Bali. Upaya konservasi di wilayah ini telah dimulai sejak tahun 1990-an, dengan dukungan dari kelompok konservasi Kurma Asih sejak 1997. Yayasan WWF Indonesia dan Indosat Ooredoo Hutchison mendukung pengembangan Community Based Tourism di Jembrana melalui berbagai inisiatif, termasuk program ekoeduwisata yang melibatkan edukasi tentang pelepasliaran tukik dan pengamatan penyu bertelur.
Teknologi ANT, yang dikembangkan bersama Tim Robotec Udayana, memungkinkan pemantauan suhu inkubasi sarang dan visual sarang secara real-time. Data tersebut dapat diakses melalui situs Kurma Asih dalam bentuk grafis, memberikan pengalaman lebih mendalam bagi pengadopsi sarang. Selain itu, teknologi ini penting secara ilmiah untuk memantau reproduksi penyu dan memungkinkan studi mengenai pengaruh suhu sarang terhadap jenis kelamin bayi penyu.
Kepala Kelompok Pelestari Penyu Kurma Asih, Anom Astika Jaya, mengungkapkan, “Alat ANT ini akan menjadi model baru dalam konservasi penyu. Dengan adanya teknologi ini, adopsi sarang penyu bisa dilakukan dari mana saja, memudahkan partisipasi dalam upaya konservasi.”
Dengan peluncuran Program ANT, diharapkan dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam konservasi penyu serta memberikan transparansi dan keterlibatan lebih dalam bagi pengadopsi sarang. Yayasan WWF Indonesia, Robotec Udayana, dan Indosat Ooredoo Hutchison akan terus mengevaluasi dan mengembangkan program ini untuk memastikan keberhasilan dalam mendukung upaya konservasi penyu. (hdl)