Pilar.IDPilar.ID
  • Pilar Kini
  • Pilar Ekonomi
  • Pilar Olahraga
  • Pilar Gaya
  • Pilar Budaya
  • Pilar Visual
  • Pilar Muda
  • Pilar Wanita
  • Pilar Khas
  • Indeks
Facebook Instagram YouTube
TRENDING
  • BMKG: Jaga Kondisi Tubuh, Cuaca Panas Terik Berlanjut Hingga Oktober 2023
  • Survei Indikator: Kuat dalam Sosialisasi, PAN Lolos Parliamentary Threshold
  • Lalu Muhammad Zohri Melaju ke Final 100 Meter Putra Asian Games 2022
  • Tulis Biografi Jokowi dalam Bahasa Korea, Dirut PLN Darmawan Prasodjo Raih Penghargaan MURI
  • Sebarkan Energi Baik di HUT ke-18, PEPC Pertegas Komitmen Kinerja Keberlanjutan
  • Sinopsis Birds of Prey (2020): Aksi Harley Quinn, Antihero Gila yang Selalu Mencuri Perhatian
  • Satgas Damai Cartenz Lumpuhkan 5 KST Papua di Pegunungan Bintang
  • Hutama Karya Lakukan Langkah Pencegahan Dini untuk Antisipasi Karhutla di Jalan Tol
Facebook Instagram YouTube Twitter TikTok RSS
pilar pemilu
Pilar.IDPilar.ID
  • Pilar Kini
  • Pilar Ekonomi
  • Pilar Olahraga
  • Pilar Gaya
  • Pilar Budaya
  • Pilar Visual
  • Pilar Muda
  • Lainnya
    • Pilar Pemilu
    • Pilar Khas
    • Pilar Bola
    • Pilar Jakarta
    • Pilar Jatim
    • Pilar Wanita
    • Indeks
Pilar.IDPilar.ID
Home»Budaya»Propaganda Ideologi Negeri Sakura dalam Drama Indonesia Zaman Jepang
Budaya

Propaganda Ideologi Negeri Sakura dalam Drama Indonesia Zaman Jepang

Heru SP. Saputra23 Oktober 2021 19:54 WIB
Facebook Twitter LinkedIn Email WhatsApp

Jember (www.pilar.id) – Karya sastra Indonesia pada zaman Jepang, terutama drama, mampu memotret peradaban masyarakat dan ideologi penguasa. Drama-drama tersebut menjadi corong propaganda politik Jepang. Dengan demikian, drama Indonesia zaman Jepang menjadi propaganda ideologi Jepang di Indonesia.

Hal ini disampaikan Dr. Cahyaningrum Dewojati, M.Hum., dalam Kuliah Pakar bertema ‘Drama Indonesia Zaman Jepang’. Kuliah Pakar via Zoom Meeting ini dengan pembicara tunggal dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, yang sekaligus dosen tamu di Tokyo University of Foreign Studies (TUFS), Tokyo, Jepang.

Acara diselenggarakan oleh Himpunan Sarjana-Kesusastraan Indonesia Komisariat Jember (HISKI Jember) bekerja sama dengan Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember (Sind FIB UNEJ), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Jember (FKIP UMJ), dan Kelompok Riset Tradisi Lisan dan Kearifan Lokal (KeRis TERKELOK), yang dimoderatori oleh anggota HISKI Jember, Dra. Titik Maslikatin, M.Hum., dengan tajuk NGONTRAS#3 (Ngobrol Nasional Metasastra ke-3) pada Sabtu (16/10).

Dekan FKIP UMJ, Dr. Kukuh Munandar, M.Kes., dalam sambutannya mengungkapkan, forum kuliah pakar ini cukup istimewa, karena dipaparkan langsung dari Tokyo, Jepang. Mari kita resapi dan amalkan ilmu yang dipaparkan oleh pembicara.

“Forum semacam ini kita harapkan dapat memberi kontribusi terhadap kajian-kajian sastra, sehingga dunia sastra kita lebih maju,” ungkap Kukuh. Untuk memeriahkan acara, Kukuh juga membacakan pantun.

“Batang kelapa namanya glugu, glugu yang baik dari praju. Mari kawan kita bersatu, menggapai harapan kesusastraan maju,” katanya yang direspons senyum para peserta di zoom.

Dalam presentasi Kuliah Pakar tersebut Cahyaningrum menjelaskan, bagi generasi penerus di Jepang, masa pendudukan Jepang di Indonesia merupakan masa lalu yang kelam dan keji. Hal itu merupakan luka lama yang ditutup-tutupi oleh pemerintah Jepang, sehingga generasi muda tidak mengetahui sejarah kelam tersebut. Generasi muda tahunya bahwa bangsa mereka merupakan bangsa yang baik dan senantiasa melindungi negara-negara Asia.

Ia menambahkan, peristiwa pendudukan atau penjajahan Jepang merupakan luka lama. Artinya, mereka menganggap bahwa penjajahan merupakan aib, sehingga tidak perlu diketahui oleh generasi muda Jepang. Sebaliknya, justru yang ditekankan bahwa Jepang merupakan victim, korban peperangan. Mereka menempatkan diri sebagai korban, bukan sebagai penjajah.

Baca Juga  Hati-hati Lonjakan Kasus Corona Paska Libur Nataru

“Itu hak mereka. Memposisikan diri sebagai victim. Korban perang. Bukan Penjajah. Itu hak mereka,” kata Cahyaningrum

Ia menjelaskan, drama merupakan medium yang mampu merekam sejarah dan peradaban bangsa. Pada masa pendudukan Jepang, drama menjadi sarana yang baik untuk merekam sejarah perjalanan bangsa Jepang, termasuk peradaban mereka.

“Drama Indonesia zaman Jepang cukup penting untuk dipahami dan dikaji, agar terungkap ideologi yang ada di balik karya-karya tersebut. Karena setiap karya drama merefleksikan peradaban bangsa. Termasuk ideologi bangsa Jepang,” jalas Cahyaningrum.

Drama Indonesia zaman Jepang menjadi periode tersendiri dalam perjalanan sejarah sastra Indonesia. Meskipun tidak terlalu banyak karya yang diproduksi, tidak sebagaimana sastra Melayu Tionghoa, tetapi periode zaman Jepang sangat penting, sebagai bagian dari keutuhan sejarah sastra. H.B. Jassin telah memasukkan periode ini ke dalam periodisasi sastra. Hanya saja tidak banyak yang memberi perhatian atau menganggap penting, sehingga periodisasi yang disusun H.B. Jassin tidak populer di kalangan peneliti dan masyarakat sastra.

Cahyaningrum menekankan bahwa persoalan pada karya-karya zaman Jepang hampir sama dengan kasus pada karya-karya sastra Melayu Tionghoa. Meskipun karya sastra Melayu Tionghoa berjumlah ribuan, tetapi banyak peneliti yang menganggap tidak penting, sehingga menjadi kurang populer di masyarakat. “Menurut saya, sejak sekarang, seharusnya semua periodisasi sastra kita anggap penting karena semua itu merekam sejarah dan peradaban yang ada di Indonesia, termasuk ideologinya,” tegas Cahyaningrum.

Di bagian lain, Cahyaningrum juga menyebutkan bahwa pada masa pendudukan Jepang, pemerintah Jepang mendatangkan para sastrawan dan budayawan ke Indonesia untuk mendukung propaganda Jepang. Mereka punya peran penting dalam mengontrol dan mengawasi media cetak, termasuk buku-buku karya drama. Hal ini terkait dengan keberadaan “Keimin Bunka Shidosho” yang dibentuk oleh Jepang untuk mendukung program propaganda yang mereka lancarkan, dengan pantauan militer Jepang.

Baca Juga  Singgung Pesantren Al Zaytun, Wapres Ma'ruf Amin: Pemerintah Akan Segera Lakukan Koordinasi

Dijelaskan juga oleh Cahyaningrum bahwa di berbagai medium, baik buku sejarah maupun museum di Jepang, tidak muncul informasi tentang penjajahan Jepang terhadap Indonesia. Yang lebih diinformasikan, mereka menjadi korban peperangan, bukan sebagai penjajah dengan kekejamannya. Jadi, museum dan sejarah Jepang digunakan untuk brandwash atau “cuci otak” pascaperang, agar generasi berikutnya tidak ikut terluka. “Di sekolah SMP dan SMA di Jepang, tidak ada buku sejarah yang mengajarkan atau menginformasikan penjajahan Jepang kepada Indonesia,” tegas Cahyaningrum.

Cahyaningrum juga menekankan bahwa Jepang menebarkan mimpi ke orang Indonesia sebagai pengayom Asia, sehingga mampu mempropagandakan siasatnya agar orang Indonesia membenci Amerika, Inggris, dan Belanda. Trauma masa lalu orang Indonesia terhadap kolonial Belanda, menjadi bagian positif bagi Jepang. Mantra atau iming-iming yang disampaikan oleh Jepang kepada Indonesia adalah negara yang bebas, beradab, dan maju. Di berbagai poster ditekankan persamaan Jepang dan Indonesia, sehingga diungkap bahwa kedua negara bersaudara. “Bendera kita kan warnanya sama, warna merah dan putih. Berarti kita saudara. Secara fisik, tinggi kita kan sama. Berarti kita saudara. Kulit kita juga hampir sama. Berarti kita saudara, kata Cahyaningrum sembari tersenyum getir.

Cahyaningrum juga memaparkan bahwa mahasiswa Jepang saat ini, atau generasi muda Jepang, pada umumnya tidak memahami kondisi kekejaman Jepang pada masa Perang Dunia II, termasuk kekejaman Jepang terhadap Indonesia. Tidak ada dalam buku sejarah di SMP atau SMA yang menyebutkan tentang penjajahan Jepang.

Sembilan puluh persen mahasiswa Jepang tidak tahu kondisi sejarah Jepang dan kekejamannya terhadap Indonesia. Hal ini dikarenakan pemerintah Jepang berusaha untuk menyembunyikan sejarah kelam tersebut.

“Kondisi seperti ini sangat miris. Generasi muda tidak mengetahui sejarah kelam bangsanya. Tetapi itulah yang terjadi,” tandasnya. Dr. Heru S.P. Saputra, M.Hum | Dosen Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Jember, dan Ketua HISKI Komisariat Jember

Baca berita lainnya di Google News atau langsung di halaman Arsip Pilar.id

 

headline Zaman Jepang

Berita Lainnya

Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan (foto: Facebook @amanatnasional)

Survei Indikator: Kuat dalam Sosialisasi, PAN Lolos Parliamentary Threshold

30 September 2023 21:01 WIB
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo, penulis buku 'Jokowi Mewujudkan Mimpi Indonesia'

Tulis Biografi Jokowi dalam Bahasa Korea, Dirut PLN Darmawan Prasodjo Raih Penghargaan MURI

30 September 2023 20:26 WIB
Langkah PT Hutama Karya untuk mengantisipasi potensi Karhutla, terutama di sekitar jalan tol (foto: istimewa)

Hutama Karya Lakukan Langkah Pencegahan Dini untuk Antisipasi Karhutla di Jalan Tol

30 September 2023 17:33 WIB
Pameran manuskrip kuno di Gedung Merah Putih, Balai Pemuda, Surabaya (foto: Dok Disperpusip Jatim)

Hari Aksara Internasional 2023, Disperpusip Jatim Pamerkan Naskah Kuno Jawa Timuran

30 September 2023 16:58 WIB
Khofifah Indar Parawansa

Peringati Hari Jantung Sedunia, Ini Pesan Gubernur Khofifah untuk Masyarakat

29 September 2023 20:24 WIB

Deklarasi Ganjar Pranowo Capres 2024, KBPP Polri: Anak Polisi Dukung Anak Polisi

29 September 2023 13:30 WIB

Libur Maulid, Jumlah Penumpang KA Melonjak 50 Persen Dibanding Pekan Sebelumnya

29 September 2023 13:15 WIB
Proses pemadaman terkendala akses yang sulit. Karena lokasi kebakaran terletak cukup tinggi di lereng gunung.

Penanganan Karhutla di Karangasem Terkendala Akses Jalan dan Lokasi di Lereng Gunung

29 September 2023 08:54 WIB
Visualisasi Gunung Ibu di Maluku Utara saat erupsi (foto: Dok PVMBG)

Gunung Ibu Erupsi, PVMBG Minta Warga tidak Beraktivitas dalam Radius 2 Km dari Kawah

28 September 2023 19:11 WIB

Leave A Reply Cancel Reply

Langkah PT Hutama Karya untuk mengantisipasi potensi Karhutla, terutama di sekitar jalan tol (foto: istimewa)
Pameran manuskrip kuno di Gedung Merah Putih, Balai Pemuda, Surabaya (foto: Dok Disperpusip Jatim)
Presiden Jokowi bersama sejumlah menteri menikmati udara pagi sembari meninjau perkembangan pembangunan IKN dari atas bukit (foto: BPMI Setpres)
Wamenparekraf Angela Tanoesoedibjo bersama Kevin Sanjaya Sukamuljo saat berkunjung ke Pelatnas Asian Para Games (foto: Dok Kemenparekraf)
Berita Pilihan
Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan (foto: Facebook @amanatnasional)

Survei Indikator: Kuat dalam Sosialisasi, PAN Lolos Parliamentary Threshold

30 September 2023 21:01 WIB
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo, penulis buku 'Jokowi Mewujudkan Mimpi Indonesia'

Tulis Biografi Jokowi dalam Bahasa Korea, Dirut PLN Darmawan Prasodjo Raih Penghargaan MURI

30 September 2023 20:26 WIB
Langkah PT Hutama Karya untuk mengantisipasi potensi Karhutla, terutama di sekitar jalan tol (foto: istimewa)

Hutama Karya Lakukan Langkah Pencegahan Dini untuk Antisipasi Karhutla di Jalan Tol

30 September 2023 17:33 WIB
Pameran manuskrip kuno di Gedung Merah Putih, Balai Pemuda, Surabaya (foto: Dok Disperpusip Jatim)

Hari Aksara Internasional 2023, Disperpusip Jatim Pamerkan Naskah Kuno Jawa Timuran

30 September 2023 16:58 WIB
Khofifah Indar Parawansa

Peringati Hari Jantung Sedunia, Ini Pesan Gubernur Khofifah untuk Masyarakat

29 September 2023 20:24 WIB
Berita Lainnya
Ilustrasi Kota Jakarta (foto: Rendy Novantino, unsplash)

BMKG: Jaga Kondisi Tubuh, Cuaca Panas Terik Berlanjut Hingga Oktober 2023

30 September 2023 21:10 WIB
Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan (foto: Facebook @amanatnasional)

Survei Indikator: Kuat dalam Sosialisasi, PAN Lolos Parliamentary Threshold

30 September 2023 21:01 WIB
Lalu Muhammad Zohri meraih medali perunggu di cabang olahraga Atletik SEA GAMES 2023 (foto: dok kemenpora)

Lalu Muhammad Zohri Melaju ke Final 100 Meter Putra Asian Games 2022

30 September 2023 20:46 WIB
banner
© 2023 pilar.ID | beritajatim.com network
  • Beranda
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Kebijakan Privasi
  • Arsip Berita
  • Indeks

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.