Yogyakarta (pilar.id) – Sebanyak 240 karya seni dari seniman lokal hingga internasional ditampilkan dalam pameran Nandur Srawung #9, di Taman Budaya Yogyakarta (TBY), Minggu (16/10/2022). Acara seni tahunan yang diselenggarakan TBY pada 16 hingga 22 Oktober 2022 ini, mengusung konsep Matrix/Mayapada.
Konsep ini dimaknai sebagai ajakan untuk melakukan pembacaan atas simulakra atau dunia tiruan dengan membangun realitas struktur re-enkripsi (pembacaan ulang atas kode-kode dan simbol) mulai dari teknologi, ilmu pengetahuan, budaya sosial dan lingkungan yang dimiliki masyarakat dengan latarnya masing-masing.
Kepala TBY Purwiati menuturkan, tema ini juga direpresentasikan sebagai respon gerak zaman dimana teknologi semakin masuk dalam setiap kehidupan pasca pandemi dan bagaimana seharusnya manusia menjalani kehidupan setelah endemi yang diwujudkan melalui karya seni. Pameran ini, menampilkan beragam lukisan, patung, video, instalasi seni, kriya dan berbagai seni lainnya.
“Gagasan besar dr pameran adalah mempertemukan ragam bentuk dan media ekspresi yang berbasis pada seni lukis, patung, grafis, kriya, desain hingga seni performance dan media baru. Sebagai sebuah pemaknaan untuk melakukan pembacaan realita ganda antara yang fiksi dan non-fiksi. Ada 240 partisipan, baik individu dan kelompok dan ada tahapan kegiatan, Nandur Gawe 9 kelompok, serta Srawung Sinau melibatkan 5 periset individu,” terang Purwiati.
Lebih lanjut, dari partisipan tersebut 10 diantaranya berasal dari luar Indonesia seperti India, Korea Selatan, Rusia, Amerika Serikat, Prancis, Austria, Australia, Rusia, Jerman dan Meksiko.
Purwiati berharap, Nandur Srawung #9 ini, mampu menjaring banyak segmen peserta, baik konvensional maupun digital, sehingga dapat mewadahi beragam bentuk artistik dan komponen sosial. Selain itu, pada program harian juga diselenggarakan berbagai macam agenda mulai dari seminar, workshop, diskusi Srawung Sinau, hingga tur galeri untuk disabilitas.
Sementara Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY Dian Lakhsmi Pratiwi mengatakan, Nandur Srawung bertujuan untuk mencoba mendekatkan seni kepada siapapun kepada pihak manapun sehingga inklusivitas dan keterbukaan menjadi semangat yang terbesar, dengan memberikan akses seluas-luasnya dan keterlibatan masyakarat untuk dapat mengapresiasi.
Pihaknya berharap ke depan seni tidak hanya diapresiasi oleh kalangan seniman ataupun budayawan, namun masyarakat awam secara langsung dan tidak langsung.
“Program-program Nandur Srawung mulai dari nandur gawe bagian dari dukungan kita terkait dengan project seni yang bermanfaat bagi masyarakat luas. Ke depan, kita akan coba lebih luas lagi, selain itu adanya srawung sinau bagaimanapun juga riset adalah bagian terpenting, bagaimana kita mengembangkan seni rupa khususnya ke depan,” jelasnya. (riz/hdl)