Probolinggo (pilar.id) – Kawasan gunung Bromo, Jawa Timur, telah lama menjadi destinasi utama bagi wisatawan lokal maupun mancanegara. Di bawah pengelolaan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), bentang alam gunung berapi dengan ikon matahari terbit ini sejak puluhan tahun menjadi tujuan penggemar wisata alam.
Keelokan Gunung Bromo berdampak pada pertumbuhan ekonomi setempat. Mulai dari tempat penginapan yang dikelola warga sekitar hingga resort yang membidik wisatawan domestik maupun mancanegara.
Meski demikian, atraksi matahari terbit dan lautan pasir Gunung Bromo seringkali tak mampu menahan wisatawan tinggal lebih lama. Sebab semua keelokan itu bahkan bisa diselesaikan dalam setengah hari kunjungan. Wisatawan bisa datang pada siang atau sore hari, lalu dini hari menuju titik terbaik melihat gunung Bromo dan kembali ke hotel untuk sarapan, kemudian bersiap menuju destinasi lain di luar kota.
Upaya-upaya untuk memberikan pengalaman lain di luar matahari terbit Bromo telah dilakukan beberapa pengelola tempat wisata. Di antarannya Jiwa Jawa Bromo, sebuah resort di ketinggian 2000 meter di atas permukaan laut yang berada di desa Wonotoro, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Berjarak kurang lebih 3 kilometer dari Gunung Bromo, Jiwa Jawa menawarkan sejumlah pilihan kunjungan alternatif selain tempat menginap.
Bagi penggemar fotografi atau penikmat visual, sebuah galeri foto representatif bisa diakses secara gratis. Puluhan rekaman keelokan gunung Bromo bisa disaksikan sembari rehat sejenak di galeri yang dilengkapi kedai kopi, perpustakaan dan museum mini kamera analog.
“Galeri fotografi ini didirikan untuk mendukung pariwisata di Bromo dengan memberikan referensi visual Taman Nasional Bromo Tengger Semeru pada musim dan masa yang berbeda-beda. Dilengkapi dengan kualitas pencahayaan dan penataan berstandar galeri internasional, galeri ini diharapkan juga dapat menarik minat pengunjung untuk lebih mengapresiasi seni fotografi lansekap,” jelas Bagas Indyatmono, Direktur Jiwa Jawa Bromo.
Di seberang galeri foto, terdapat Roemah Tjokelat Bromo yang didirikan pada tahun 2019. Pengunjung bisa menikmati kudapan dan minuman berbahan dasar cokelat Jawa Timur sembari mendapatkan informasi tentang teori pembentukan kaldera Tengger, hingga beberapa ornamen yang menggambarkan kehidupan masyarakat Tengger, lekat dengan budaya, pariwisata, dan pertaniannya.
Tak jauh dari Galeri Tengger, terdapat kafe yang merupakan cikal bakal kawasan resort, yang menawarkan tempat bercengkerama sambil menikmati kopi Nusantara dan ragam makanan hangat.
Upaya untuk menahan lebih lama wisatawan memang bukan perkara mudah, mengingat makin banyak alternatif wisata alam lain di Jawa Timur.
“Kawasan Gunung Bromo adalah tempat wisata berbasis alam. Terkadang cuaca tidak selalu sesuai harapan wisatawan. Maka, saat cuaca kurang bagus untuk melihat gunung Bromo, mereka dapat berkunjung ke galeri foto dan galeri Tengger dengan harapan terinspirasi untuk menambah waktu tinggal mereka dan mendapatkan suasana yang diinginkan. (muk/hdl)