Surabaya (pilar.id) – Pahat batu bongpay adalah sedikit dari bisnis bernuansa seni yang mampu bertahan hingga 85 tahun. Adalah perusahaan seni pahat batu bongpay Tjwan Tik Sing, Jalan Bunguran 91 Surabaya yang setia menjalankan roda bisnis keluarga ini sejak 1938.
Suwanto Susetyo, generasi ketiga pengelola bisnis ini mengatakan, awal roda bisnis dihitung dari penerbitan dokumen izin gangguan atau HO (Hinder Ordonantie) dari pemerintah kolonial Belanda bertanda tahun 1938. “Kakek saya, Tjio Kim Ek, adalah yang merintis usaha ini saat datang dari China kala itu,” jelas Suwanto membuka perbincangan.
Melewati berbagai gelombang zaman dan naik turun suhu ekonomi dan politik, bisnis seni pahat batu untuk keperluan prasasti dan pemakaman ini tetap kohoh, layaknya bebatuan. “Sejak pemerintah membuka kran kebebasan berkegiatan bagi kami, keturunan China, pada tahun 2003 saya melacak jejak kerabat kakek di China hingga mendapati kami sangat tertinggal di sisi penerapan teknologi pengukiran batu,” jelas Suwanto.
Kini, proses pengerjaan pahat dan ukiran batu bongpay telah mengunakan teknologi laser. “Meski demikian, tetap memerlukan sentuhan tangan untuk tahap akhir ukiran ketika teknik laser mampu membentuk gambar pada batu,” lanjut Suwanto.
Mendekati seabad perjalanan bisnis keluarga, Suwanto merasa harus mempertahankan usaha seni pahat batu ini. “Bagi saya, ini bukan sekadar bisnis, ada nilai seni dan warisan budaya dari leluhur yang harus dilanjutkan,” tuturnya. (muk/hdl)