Jakarta (pilar.id) – Wabah Covid-19 terus menyebar hingga muncul dengan wajah-wajah baru. Pembatasan aktifitas sosial dan ekonomi diberlakukan, mengikuti kebijakan penanganan krisis yang dibangun oleh Pemerintah secara komprehensif.
Saat beberapa negara mulai membuka bordernya, Pemerintah Indonesia tetap memilih untuk waspada. Bagi kalangan pengusaha, termasuk pelaku industri event, situasi yang tidak menentu seperti saat ini memang tidak menguntungkan.
Tapi menurut Mulkan Kamaludin, Ketua Umum DPP IVENDO (Dewan Indutri Event Indonesia), para pelaku event selalu punya cara untuk mensiasati semua keadaan. Namun langkah-langkah yang akan diambil harus tetap mengedepankan fakta dan data.
Untuk alasan itulah DPP IVENDO dan IVENDO Event Academy, bekerjasama dengan Indonesia Professional Organizer Society (IPOS) merilis hasil survei dinamika industri event Indonesia di tengah pandemi 2020-2021. Survei serupa pernah dilakukan tahun 2020 lalu.
“Salah satu yang menarik dari survei ini adalah terungkap data bahwa 35,64 persen pelaku industri event menginginkan PPKM segera dicabut,” kata Mulkan.
Diikuti oleh kesempatan mengerjakan event pemerintah sebanyak 29,23 persen, lalu bantuan keringanan pajak sebesar 15,13 persen, pinjaman modal usaha berbunga rendah sebesar 14,36 persen, dan terakhir bantuan sosial sebesar 5,64 persen.
Survei ini dilakukan sejak 31 Desember 2021 hingga 14 Pebruari 2022 mencakup 21 provinsi dibuat dengan metode slovin memiliki marjin error 10 persen.
Responden dalam survei ini adalah perusahaan dan freelance atau event profesional. Untuk perusahaan, terdiri dari perusahaan digital, event support and production, event suppliers, training consultant, dan masih banyak lagi.
Dalam kondisi sekarang, menurut responden, situasi bisnis bukan lantas jadi sangat buruk. Baik di 2020 dan 2021, kondisi yang ada sekarang dianggap biasa saja (43,83 persen dan 42,42 persen). Jawaban dengan prosentase terendah, buruk sekali di 2021 sebesar 4,71 persen, dan bagus sekali di 2020 sebesar 6,38 persen.
Menghadapi situasi yang ada, sebagian besar perusahaan memilih untuk bertahan meski harus mengurangi jumlah karyawan. Yaitu di 2020 sebanyak 24,77 persen, dan 2021 sebanyak 31,96 persen.
Di sepanjang waktu survei, sebagian besar perusahaan juga mengaku sudah mulai mendapatkan pekerjaan baru. Di periode 2020 sebanyak 70.83 persen dan 2021 sebanyak 88,89 persen dari responden.
Platform kegiatan sepanjang 2020 terbesar dilakukan secara daring atau virtual yakni sebanyak 38,86 persen. Sementara di 2021, terbanyak dilakukan secara offline yakni 60,61 persen.
Di tahun 2021 ini, event terbesar diadakan di Jakarta (18,11 persen). Diikuti event di Surabaya (11,93 persen) dan Denpasar (10,29 persen). Dari event yang diadakan itu organizer terbesar memperoleh omzet kotor Rp 10 juta hingga Rp 50 juta. (hdl)