Jakarta (pilar.id) – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengadakan Workshop Teknologi dan Pemanfaatan Gas sebagai tindak lanjut dari Forum Gas Expo tahun 2022.
Acara ini diselenggarakan bersamaan dengan Kegiatan Pra-Kapnas III pada tanggal 22-24 Mei 2023. Workshop ini bertujuan untuk mengumpulkan para pemangku kepentingan industri gas, termasuk produsen gas hulu, trader gas, industri, dan pemerintah daerah.
Selain itu, workshop juga memberikan pemahaman mengenai teknologi terkini dalam pengolahan gas, potensi gas, penyerapan pasar gas, konversi dari minyak ke gas, pemanfaatan gas, dan sistem transportasi gas.
Melalui workshop ini, diharapkan terbuka peluang-peluang baru dalam pemanfaatan gas guna menghadapi tantangan kelebihan pasokan gas.
Diperkirakan bahwa hingga 10 tahun ke depan, gas yang diproduksi oleh Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) di Jawa Timur dan Jawa Tengah akan terus mengalami kelebihan pasokan.
Nurwahidi, Kepala Perwakilan SKK Migas Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara, menjelaskan bahwa realisasi produksi minyak Jabanusa hingga 31 Mei 2023 mencapai rata-rata 198,79 ribu barel per hari (BOPD), melebihi target Work Program & Budgeting (WP&B) 2023 yang sebesar rata-rata 164,22 ribu BOPD (115,2persen).
Namun, realisasi lifting, salur, dan penyerapan gas Jabanusa hingga 31 Mei 2023 hanya mencapai rata-rata 545,18 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD), lebih rendah dari target WP&B 2023 yang sebesar rata-rata 744,5 MMSCFD (75,1persen).
Hal ini terjadi meskipun potensi kemampuan lifting gas pada tahun 2023 mencapai sekitar 756,57 MMSCFD setelah lapangan JTB onstream (September 2022) dan MDA MDH onstream (November 2022), yang akan diikuti oleh onstream lapangan MAC dalam waktu dekat. Oleh karena itu, diharapkan gas yang belum terserap ini dapat dimanfaatkan secara optimal.
Kurnia Chairi, Deputi Keuangan dan Komersialisasi SKK Migas, menyatakan bahwa volume kebutuhan migas diperkirakan akan terus meningkat hingga tahun 2050, seiring dengan peningkatan kebutuhan energi nasional.
Gas bumi akan memainkan peran penting selama transisi energi untuk menjaga keseimbangan keamanan energi sekaligus memberikan komitmen yang kredibel dalam transisi energi. Lebih dari 50persen penemuan cadangan dalam dekade terakhir merupakan lapangan gas, termasuk di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Sekitar
70persen dari Rencana Pengembangan (Plan of Development) merupakan pengembangan lapangan gas, dan cadangan gas Indonesia dua kali lebih besar daripada cadangan minyak bumi. Gas bumi merupakan sumber energi yang handal dan memiliki emisi rendah dibandingkan dengan minyak bumi.
Menurut Kurnia, permintaan gas bumi untuk pemanfaatan domestik telah melebihi pasokan untuk pasar ekspor sejak tahun 2012, dan penggunaan gas untuk kebutuhan domestik diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan ketahanan energi domestik.
Pemanfaatan gas bumi di Indonesia juga menunjukkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,31persen pada tahun 2022. Dari total pasokan gas sebesar 5.474 miliar British thermal unit per day (BBTUD) pada tahun tersebut, sebanyak 3.683 BBTUD atau 67persen digunakan untuk pasar domestik. Sejak tahun 2012, permintaan gas bumi di Indonesia mengalami peningkatan rata-rata 1persen per tahun.
Workshop Teknologi dan Pemanfaatan Gas ini memberikan kesempatan bagi para peserta untuk berdiskusi dan berkontribusi dalam memperkuat industri migas di Indonesia.
Acara ini dihadiri oleh sekitar 180 peserta yang berasal dari akademisi, praktisi, pemerintah daerah, pengusaha, BUMN, dan BUMD.
Melalui sinergi dan komitmen bersama, diharapkan dapat mencapai transformasi dalam meningkatkan tingkat produksi minyak sebesar 1 juta barel per hari (BOPD) dan gas sebesar 12 miliar standar kaki kubik per hari (SCFD) pada tahun 2030. (hdl)