Jakarta (pilar.id) – Ketua Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kabupaten Serdang Bedagai Muhammad Ziad Ananta mendorong penerapan kuota sebanyak 20 persen untuk anak muda di parlemen maupun partai politik (parpol). Alasannya, karena Ananta melihat wajah legislatif didominasi oleh politisi usia lanjut saat ini.
“Di partai politik juga kesempatan untuk anak-anak muda itu ruangnya sangat tertutup ya, tidak terlalu terbuka, kecuali Partai Solidaritas Indonesia (PSI),” kata Ananta, di Jakarta, Sabtu (12/8/2022).
Untuk mewujudkan hal itu, Ananta bersama Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) dan para politisi muda lintas partai politik, meluncurkan Forum Politisi Muda Indonesia (FPMI). Selain itu, FPMI ini merupakan bentukan para politisi muda lintas partai alumnus Emerging Leaders Academies (ELA).
Padahal, Ananta melanjutkan, dari total penduduk Indonesia sebanyak 270 juta jiwa, sebanyak 75 juta jiwa atau 27,9 persen di antaranya merupakan generasi Z. Sedangkan generasi Y atau kaum milenial sebanyak 69 juta jiwa atau 25 persen.
“Artinya generasi yang usianya cenderung muda ini jumlahnya sekitar 53 persen atau 145 juta jiwa,” lanjut Ananta.
Sekretaris Partai Golkar Serdang Bedagai ini berharap, dengan memberikan kesempatan lebih banyak kepada pemuda, parpol akan tampil lebih segar. Namun, ia juga memberikan catatan anak-anak muda tersebut harus memiliki kualitas dan integritas.
“Bila ada anak-anak muda yang tampil di partai politik, kemudian di legislatif atau eksekutif, ini akan menularkan idealisme yang mereka miliki kepada konstituen,” papar Ananta.
Untuk menciptakan anak-anak muda berkualitas dan berintegritas, Ananta mendorong untuk memperbanyak sekolah partai politik. Jangan sampai, setelah mereka terpilih malah menjadi buron Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sehingga mencoreng wajah partai dan anak-anak muda.
“Tahun depan kita akan gagas sekolah partai politik dari Forum Politisi Muda Indonesia untuk ciptakan politisi muda yang handal dan baik,” kata dia.
Selain itu, Ananta khawatir bila anak-anak muda yang terpilih tidak bisa berbuat banyak di parlemen. Hal itu dikarenakan, mereka belum terlatih dan keilmuannya masih dangkal. Ia berharap, Indonesia ke depan bisa menjadi milik anak muda.
“Kita melihat banyak anak-anak muda atau orang tua, begitu mereka punya uang mencalonkan diri, terpilih menjadi anggota legislatif atau eksekutif tidak bisa berbuat banyak karena landasan mereka untuk berbuat itu nggak ada,” pungkasnya. (Akh/din)