Jakarta (pilar.id) – Burgreens, jaringan resto dengan makanan berbasis nabati, beserta Green Rebel, sebuah startup teknologi pangan pertama di Indonesia yang memproduksi daging dan keju nabati, mengumumkan hari ini akan peluncuran Veganuary Indonesia.
Veganuary adalah ajakan untuk konsumsi makanan berbasis 100 persen nabati satu kali dalam sehari (flexitarian), selama bulan Januari 2022 untuk meningkatkan kesehatan serta sebagai upaya untuk lebih melindungi lingkungan.
Ajakan ini pertama kali diinisiasi oleh organisasi nirlaba asal Inggris pada 2014, yang mengajak orang untuk mencoba diet vegan atau makan berbasis nabati secara 100 persen dibulan Januari dan seterusnya. Di tahun 2021, kampanye ini berhasil mengajak 500 ribu orang dari berbagai belahan dunia.
Sebagai pionir di industri makanan sehat dan ramah lingkungan, Burgreens dan Green Rebel (Green Family Group) menganggap bahwa kampanye Veganuary sangatlah penting, terutama sebagai ajang untuk mengedukasi masyarakat tentang ‘Planetary Healthy Diet’.
Menurut riset EAT oleh Dr. Brent Loken, Indonesia sudah dibatas maksimal bumi untuk konsumsi daging merah, namun masih sangat kurang mengkonsumsi keluarga kacang-kacangan, polong-polongan, dan sayuran.
Kacang-kacangan dan polong-polongan adalah sumber protein nabati yang tinggi protein, serat, phytonutrient, dan aneka vitamin dan mineral. Agar lebih mudah diadopsi oleh masyarakat Indonesia, Green Family melakukan penyesuaian menjadi flexitarian (flexible vegetarian), yang mengajak #TryVegan dengan #OneVeganMealADay.
“Sekarang kita tidak bisa hanya mempromosikan pola makan sehat tanpa melihat kesanggupan bumi untuk memproduksi makanan tersebut. Protein hewani terutama daging merah dan produk susu adalah makanan yang paling tidak ramah bumi karena merupakan kontributor utama gas metana, dan mengambil banyak sekali penggunaan lahan dan air,” kata kata Helga Angelina, co-founder sekaligus CEO Burgreens dan Green Rebel.
Menurut Helga, kembali ke diet nenek moyang Indonesia yang kaya akan ragam protein nabati dan rendah konsumsi daging hewan dan susu sapi, sangat sejalan dengan Planetary Healthy Diet.
“Dengan versi flexitarian dari Veganuary Indonesia, kita berharap bisa menjadi pintu utama untuk masyarakat Indonesia mulai menghargai aneka ragam protein nabati yang tidak hanya sehat untuk mereka, tapi juga membantu kelestarian bumi. Diet change, not climate change,” imbuhnya.
Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa pola makan berbasis nabati (baik sebagian besar atau seluruhnya) dapat menurunkan resiko penyakit jantung, hipertensi, diabetes, kanker, menjaga berat ideal, meningkatkan kesehatan mental dan menjaga sistem imun.
Observasi atas Blue Zones, atau berbagai daerah di dunia dengan populasi paling bahagia dan panjang umur juga menunjukkan bahwa pilar gaya hidup penting untuk populasi centenerian (orang yang hidup sampai usia 100 tahun) adalah pola makan berbasis nabati dan sumber protein utama dari legumes (kacang-kacangan dan polong-polongan).
Bicara tentang dampak lingkungan, kita dapat mengurangi jejak karbon individu sebanyak 40 persen dengan mengganti konsumsi daging merah ke protein nabati, 60 persen bila menerapkan 2x makan vegan sehari (“Two-thirds Vegan), dan sampai dengan 85 persen bila menerapkan pola makan nabati 100 persen (Vegan). (put)