Pekanbaru (www.pilar.id) – Hari ini merupakan hari ke-100 pasca alih kelola Wilayah Kerja (WK) Rokan. PT Pertamina, melalui anak perusahaannya PT Pertamina Hulu Rokan (PHR), mampu menjaga kinerja unggul dari WK migas terbesar kedua di tanah air itu.
Kelancaran proses transisi dan peralihan WK Rokan layak menjadi catatan tersendiri dalam sejarah industri migas dan rujukan bagi WK migas terminasi lainnya di Indonesia.
”Bangsa Indonesia dan masyarakat Riau pada khususnya patut berbangga dengan kesuksesan alih kelola WK Rokan. Kami mengucapkan terima kasih atas dukungan seluruh pemangku kepentingan terkait sehingga WK Rokan terus dapat memberikan kontribusi optimal bagi negara dan daerah,” kata VP Corporate Affairs PHR WK Rokan Sukamto Tamrin, dalam sebuah acara temu media di Pekanbaru, Selasa (16/11/2021).
Kelancaran alih kelola WK Rokan terlihat dari kinerja keselamatan kerja dan produksi yang tetap terjaga hingga saat ini. Dalam menjalankan operasinya, PHR WK Rokan sejauh ini mampu mencatatkan nihil kecelakaan fatal atau zero NOA (Number of Accident).
Sedangkan dari sisi produksi, PHR WK Rokan berhasil mencapai tingkat produksi sekitar 162 ribu BOPD (barel minyak per hari), atau naik 4 ribu BOPD dibandingkan sebelum alih kelola yang berada di kisaran 158 ribu BOPD. Kegiatan pengeboran sumur baru dan kerja ulang sumur lama terus dilakukan untuk meningkatkan produksi.
Produksi PHR WK Rokan menyumbangkan sekitar 25 persen dari total jumlah produksi minyak nasional dan merupakan salah satu tulang punggung upaya pencapaian target produksi nasional minyak 1 juta barel per hari (bph) dan gas 12 miliar kaki kubik per hari (bscfd) pada 2030.
Terhitung sejak alih kelola pada 9 Agustus 2021 lalu, PHR WK Rokan telah mengebor 90 sumur tajak, dengan mengoperasikan 16 rig.
Selain itu, dalam periode dua bulan pertama pasca alih kelola, PHR WK Rokan telah menyumbangkan penerimaan negara melalui penjualan minyak mentah bagian negara sekitar Rp 2,1 triliun dan pembayaran pajak sekitar Rp 607,5 miliar termasuk pajak-pajak ke daerah.
Kinerja unggul PHR WK Rokan tentu sangat penting dalam mendukung pemenuhan kebutuhan energi nasional, pendapatan negara dan daerah, serta pencapaian visi Pertamina untuk menjadi perusahaan energi nasional kelas dunia.
PHR WK Rokan mencanangkan rencana kerja yang masif dan agresif untuk meningkatkan produktivitas WK Rokan melalui program pengeboran sumur-sumur produksi baru, pengelolaan kinerja base business untuk menahan laju penurunan produksi alamiah, dan keandalan fasilitas operasi.
PHR WK Rokan juga melakukan berbagai terobosan agar target sumur baru dapat tercapai, di antaranya, tim pengeboran melakukan beberapa kegiatan secara paralel (offline activity), meningkatkan keandalan peralatan pengeboran, dan menyusun perencanaan yang matang dalam pemenuhan sumber daya pendukung agar menghindari terjadinya waktu menunggu servis atau material.
Hasilnya, PHR WK Rokan berhasil memperpendek waktu pengeboran hingga produksi awal atau put on production (POP). Dari sebelumnya sekitar 22 hingga 30 hari, kini menjadi sekitar 15 hari untuk area operasi Sumatra Light Oil (SLO) atau sumur-sumur penghasil jenis minyak ringan. Berbagai upaya terobosan itu sejalan dengan semangat Pertamina untuk meningkatkan produktivitas dengan cara-cara yang efisien.
Operasi PHR WK Rokan memberikan manfaat berganda (multiplier effect) lainnya seperti penciptaan lapangan kerja dan peluang bisnis bagi pengusaha lokal yang dapat mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat. Peningkatan intensitas kegiatan hulu migas di WK Rokan tentu turut meningkatkan denyut aktivitas ekonomi dan nilai investasi di Riau.
Kapabilitas yang Terjaga
Kelancaran alih kelola WK Rokan juga tak lepas dari keberhasilan menjaga kapabilitas organisasi melalui peralihan sumber daya manusia yang berjalan mulus. Hampir seluruh pegawai dari operator sebelumnya (hampir 2.700 orang) bergabung dengan PHR sehingga kinerja organisasi tetap terjaga.
Begitu juga dengan para pegawai mitra kerja yang berjumlah lebih dari 22.000 orang. Sebagian besar mereka tetap bekerja mendukung kegiatan operasional WK Rokan karena PHR melakukan mirroring kontrak-kontrak barang dan jasa yang ada. PHR juga memperpanjang sekitar 260 kontrak para pengusaha kecil lokal yang tergabung dalam program Local Business Development (LBD).
Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL)
Upaya memberikan manfaat optimal bagi masyarakat sekitar dan membangun dukungan para pemangku kepentingan juga dilakukan melalui Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL). PHR menjalankan program-program tersebut dengan melibatkan pemerintah daerah dan masyarakat. Program TJSL PHR difokuskan pada bidang pemberdayaan ekonomi masyarakat, pendidikan, lingkungan hidup, kesehatan, dan bantuan pasca bencana.
Di antara program-program yang dijalankan antara lain pencegahan stunting; pengembangan desa wisata; pemberdayaan ekonomi kreatif dan UMKM; peningkatan keterampilan tenaga kerja; inkubator karir bagi mahasiswa; kemitraan dengan perguruan tinggi; konservasi lahan gambut; agroforestri di habitat Gajah Sumatra; bank sampah; maupun bantuan terkait COVID-19.
Desa binaan PHR yaitu Desa Wisata Kampung Patin yang berlokasi di Desa Koto Masjid, Kabupaten Kampar, berhasil menembus 50 besar nominasi Anugerah Desa Wisata (ADWI) 2021. Pada pertengahan September 2021, Menparekraf Sandiaga Uno berkunjung ke Desa Wisata Kampung Patin tersebut. Pencapaian itu menjadi kebanggaan masyarakat Riau dan menjadi energi positif bagi pengembangan desa-desa wisata lainnya di Riau. (hdl)