Jakarta (pilar.id) – Rektor Universitas Paramadina, Didik J Rachbini menilai, pertemuan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 Indonesia tidak mampu menyelesaikan masalah paling krusial, yakni soal perang antara Rusia dan Ukraina.
Menurut dia, masalah tersebut sama sekali tidak disentuh dan para pempimpin negara G20 tidak mampu menyelesaikan masalah ini. Perang merupakan masalah berat yang ada di depan mata seluruh pimpinan 20 negara tersebut.
Masalah paling utama di kancah global tersebut tidak terpecahkan dalam KTT G20. Bahkan usaha untuk menyesaikan masalah perang bisa dikatakan absen.
“KTT ini bisa dikatakan tidak bermakna sebagai solusi konflik Rusia Ukraina, yang dampknya sangat luas dan bersifat semesta global,” kata Didik kepada wartawan, Kamis (17/11/2022).
Namun, lanjutnya, apakah pantas mempertanyakan dan mengharap pertemuan KTT G20 dan para pimpinannya ambil bagian dari upaya perdamaian dan bisa menyelesaikan masalah perang Rusia Ukraina tersebut? Menurut dia, pertanyaan itu sangat berlebihan.
“Tetapi jika dibalik lagi, siapa lagi pempimpin yang lebih kuat dari kumpulan pimpinan negara-negara G20 tersebut? Jadi, publik wajar dan layak kritis untuk mempertanyakan masalah paling kritis seperti ini,” kata dia.
Menurutnya, pertemuan KTT G20 bersifat sebagai pondasi dan bahkan jembatan komunikasi antar bangsa dan para pemimpinnya. Pertemuan tersebut layak disebut baik dan positif untuk semua.
Tetapi jika berhenti pada pertemuan itu saja, maka jauh dari memadai dan tidak cukup sebagai solusi masalah-masalah bersama. Seperti membangun rumah jika cuma pondasi dan tiang-tiangnya saja tidak berguna untuk tempat tinggal, tidak berfungsi sebagai sulisi meski mengeluarkan biaya banyak untuk pertemuan.
“Karena itu harus ada kerja turunannya di level menteri, gubernur, pengusaha, dan sebagainya,” tegas Didik. (her/hdl)