Surabaya (pilar.id) – Muhammad Fairuzzuddin Zuhair, seorang alumni dan aktivis dari Fakultas Sains dan Teknologi (FST) 2019 Universitas Airlangga (Unair), telah mencapai kesuksesan dalam bisnisnya di bidang sarang burung walet. Bisnisnya tersebut dijalankan di bawah naungan PT Lentera Alam Nusantara.
Selama masa kuliah, Fairuz (panggilan akrabnya) memiliki minat yang kuat dalam dunia wirausaha. Ia sering mengikuti berbagai program kewirausahaan yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan Karir dan Kewirausahaan (PPKK), yang sekarang telah berganti menjadi Direktorat Pengembangan Karir, Inkubasi Kewirausahaan, dan Alumni (DPKKA) Unair.
“Sejak awal kuliah, saya memiliki niat yang serius untuk mewujudkan impian mendirikan perusahaan yang bermanfaat bagi banyak orang. Beberapa keinginan itu kemudian terwujud melalui partisipasi aktif dalam berbagai kegiatan kampus,” ungkap Fairuz.
Tidak hanya memperoleh pengetahuan tentang bisnis, Fairuz juga mengembangkan diri melalui pengalaman di organisasi dan kepanitiaan. Ia pernah menjabat sebagai wakil ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unair 2018, ketua AMERTA 2017, ketua Bursa Eksakta FST 2016, dan banyak lagi.
Usaha Fairuz dalam dunia wirausaha membuahkan hasil ketika topik skripsinya mendapatkan pendanaan melalui Program Kreativitas Mahasiswa Karsa Cipta (PKM-KC). Bersama dengan timnya, mereka mengembangkan prototipe perangkat lunak pemasaran digital berbasis Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence) yang akhirnya meraih medali perunggu dalam PIMNAS ke-32.
Selama proses pengembangan proyek tersebut, Fairuz menghasilkan ide untuk membangun bisnis budidaya dan pengolahan sarang burung walet dengan menggunakan teknologi yang optimal. Ia mengajak rekan-rekannya, seperti Maulana Satria Aji (FKM), Muhammad Taufikul Yakin (FEB), M. Alifuddin Firmansyah (FIB), dan Dany Ali Syafii (FISIP), untuk bergabung dalam bisnis ini.
Meskipun sibuk dengan bisnisnya, semangat aktivisme Fairuz tetap membara. Melalui startup Markas Walet, ia telah membantu lebih dari 500 petani sarang burung walet dalam memasarkan hasil panen mereka.
“Ketika saya aktif di BEM, passion saya adalah pengabdian kepada masyarakat, sehingga dalam perusahaan, kami fokus pada penciptaan lapangan kerja. Alhamdulillah, tim saya memiliki prinsip yang sama,” ujar Fairuz, yang merupakan alumnus Program Studi Matematika FST Unair.
Menurut Fairuz, organisasi mahasiswa dapat menjadi wadah untuk mengembangkan soft skill, seperti manajemen waktu, kerja sama tim, adaptabilitas, dan delegasi.
“Berorganisasi atau bergabung dalam komunitas tetap harus menjadi budaya di lingkungan kampus. Walaupun akan memakan waktu yang banyak, investasi waktu selama kuliah dapat memberikan manfaat setelah lulus,” jelasnya.
Di balik kesuksesan Fairuz dalam menjalankan startup Markas Walet, ia juga menghadapi berbagai rintangan. Mulai dari masalah produksi, pemasaran, hingga menjadi korban penipuan oleh pembeli. “Pengalaman-pengalaman ini benar-benar kami dapatkan dalam dunia bisnis, dan kami dipaksa untuk adaptif dalam menyelesaikan kendala-kendala tersebut,” tambahnya.
PT Lentera Alam Nusantara, perusahaan di balik bisnis sarang burung walet yang didirikan oleh Fairuz, terus berkomitmen dalam mengembangkan ekosistem sarang walet hingga mencapai pasar global. Sejak didirikan pada tahun 2019, startup ini telah menyelenggarakan lokakarya di 20 wilayah di Indonesia. (ted)