Surabaya (pilar.id) – Nasabah Bank Syariah Indonesia (BSI) diresahkan oleh gangguan sistem yang terjadi pada bank syariah terbesar di Indonesia.
Selain itu, nasabah juga khawatir setelah muncul cuitan dari LockBit 3.0 yang mengklaim bertanggung jawab atas gangguan tersebut. Mereka mengaku telah mencuri 15 juta data pengguna dan mengancam untuk mengungkapkannya.
Meskipun belum dapat dipastikan kebenarannya, cuitan tersebut mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada terhadap serangan siber.
Serangan perangkat lunak berbahaya seperti Ransomware harus diantisipasi. Dr. Maryamah SKom, dosen di Program Studi Teknologi Sains Data Universitas Airlangga (Unair), menjelaskan bahwa jenis malware tersebut sengaja mengganggu komputer atau jaringan komputer.

“Ransomware adalah jenis malware yang mengancam untuk mempublikasikan data pribadi korban, mencuri informasi, atau memblokir akses permanen ke suatu jaringan kecuali jika pelaku peretas mendapatkan uang tebusan sesuai keinginannya,” ujarnya di Surabaya, Rabu (17/5/2023).
Menurutnya, biasanya para peretas akan mengancam pemilik data dengan meminta sejumlah uang, dan jika tuntutan tersebut tidak dipenuhi, data pribadi korban akan dipublikasikan atau akses ke jaringan akan diblokir secara permanen.
Dalam kasus BSI, peretasan data melibatkan data nasabah bank yang mencakup informasi rekening, akun mobile banking, dan informasi lain yang berhubungan dengan keuangan.
“Para peretas tidak perlu meminta uang langsung kepada nasabah karena mereka dapat menguras isi rekening dengan mengakses data nasabah,” tambahnya.
Dr. Maryamah menyarankan agar korban segera melaporkan peretasan kepada pihak berwajib agar tim siber dapat segera menangani masalah tersebut.
Dia juga menekankan pentingnya untuk tetap tenang dan tidak mengambil keputusan tergesa-gesa. Selain itu, jika peretas meminta tebusan, sebaiknya tidak memberikan uang secara langsung karena tidak ada jaminan bahwa data akan dikembalikan setelah pembayaran.
“Beberapa peretas memanfaatkan situasi psikologis korban yang panik dengan menawarkan pengembalian data setelah pembayaran, tetapi itu bukan solusi terbaik,” ungkapnya.
Dia mengimbau masyarakat untuk selalu waspada dalam menggunakan teknologi dan tidak sembarangan mengakses tautan asing yang muncul di media sosial. Baginya, sistem komputer sangat rentan terhadap serangan peretasan jika tidak diperbarui secara berkala.
Ada beberapa langkah sederhana yang dapat diambil untuk menjaga keamanan data, seperti mengganti password secara rutin dan memperbarui perangkat lunak. Selain itu, Dr. Maryamah menambahkan pentingnya hati-hati dalam membagikan data pribadi seperti NIK atau informasi lainnya.
“Selalu perbarui perangkat yang digunakan, baik itu smartphone maupun laptop. Hindari menggunakan jaringan Wi-Fi publik yang tidak terpercaya, terutama saat mengakses website atau aplikasi yang berisi data sensitif seperti mobile banking dan internet banking,” tutupnya. (usm/hdl)
1 Komentar
thanks for info