Gresik (pilar.id) – Nama Desa Roomo di Kecamatan Manyar, barangkali terdengar asing dibanding wilayah lain di Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Namun saat menyebut nama Bubur Roomo, khalayak ramai, khususunya pecinta kuliner tradisional bakal segera mengenalnya.
Sebutan ‘Bubur Roomo’ memang terkait dengan desa di Gresik tersebut. “Istilah bubur Roomo ada karena sebagian pembuat dan penjual bubur ini dari Desa Roomo”, jelas Nurjanah, 62, satu di antara penjual bubur Roomo.
Nurjanah, menceritakan, dahulu neneknya berjualan bubur Roomo dengan berkeling di sekitar desanya. Lalu keterampilan membuat bubur dan berjualan bubur diteruskan oleh ibunya. Hingga sekarang Nurjanah menjadi generasi ke-3 yang menjalankan usaha keluarganya.
“Sekitar akhir 1990an, ada Festival Kuliner Nusantara, kami mewakili Gresik dan meraih juara. Sejak itu pelan-pelan bubur Roomo jadi terkenal dan saya memutuskan untuk menetap di emperan seberang pasar Kalitutup, Jalan K.H Hasyim Asy’ari, Gresik,” kisah Nurjanah.
Ada sejumlah penjual lain di sekitar Gresik yang berjualan bubur Roomo, dan lapak bubur Roomo Hj. Nurjanah memang lebih populer. Lapak buburnya buka mulai dari pukul 06.00 pagi hingga sekitar pukul 11.00 siang.
Sejak pagi, lapak bubur Roomo Nurjanah nyaris tak berjenti meladeni pembeli. Baik yang makan di tempat maupun untuk dibawa pulang. Sajian bubur Roomo sendiri terdiri dari sayur mangrove, lontong atau nasi, remasan kerupuk lalu disiram dengan bubur Roomo yang lembut dan ditambahkan bubuk kelapa halus dengan bumbu lengkap yang disangrai.
Seporsi bubur Roomo bungkus daun dihargai Rp. 10 ribu. Jika ingin tambahan lauk, tersedia pepes telur ikan bader dan ikan dukang seharga Rp.10 ribu untuk tiga bungkusnya.
Sejumlah pelanggan juga membeli bubur Roomo saja, tanpa sayur, lontong atau lauk. Mereka umumnya membawa pulang bubur Roomo untuk sajian makan siang dengan lauk di rumah. (mis/hdl)