Jakarta (pilar.id) – Salah satu pundit sepakbola Indoensia, M. Kusnaeni menyatakan bahwa pembatalan drawing Piala Dunia U-20 di Bali oleh FIFA berpotensi menimbulkan bencana bagi dunia sepakbola Indonesia.
Pundit yang kerap disapa Bung Kus ini menyatakan bahwa jika sampai Piala Dunia U-20 di Indonesia batal digelar maka, Indonesia berpeluang mendapatkan sanksi yang berat dari FIFA.
Bukan tidak mungkin, menurut Bung Kus, PSSI dan sepakbola Indonesia akan kembali mendapatkan larangan berkompetisi di ajang resmi FIFA seperti yang pernah dialami pada tahun 2016 silam. Bahkan, mungkin akan lebih berat lagi.
Dimana ketika itu, PSSI di-ban dari keanggotaan FIFA akibat adanya intervensi Pemerintah Indonesia dalam mengurusi sepakbolal Indonesia yang jadi kewenangan PSSI.
“Pembatalan drawing merupakan warning awal. Jika kita sampai gagal melaksanakan event FIFA U-20 tersebut Indonesia dianggap menodai kepercayaan yang diberikan FIFA. Otoritas tertinggi sepak bola internasional tersebut dirugikan secara material dan inmaterial, karena pelaksaan event mereka kacau balau,” ujar Kusnaeni di Jakarta, Minggu (26/3/2023).
Pernyataan tersebut disampaikan oleh Bung Kus menanggapi pernyataan PSSI terkait pembatalan drawing Piala Dunia U-20 2023. Bung Kus berharap pemerintah dan juga PSSI maupun LOC berkonsolidasi menyelesaikan sederet persoalan yang menjadi perhatian FIFA.
Dimana, salah satu isu terbesar yang disebut menjadi penyebab FIFA mengambil keputusan untuk membatalkan drawing adalah adanya isu penolakan terhadap Timnas Israel yang akan mengikuti Piala Dunia U-20 di Indonesia.
“Kita berharap semoga FIFA tidak melakukan pembatalan penujukkan Indonesia sebagai tuan rumah. Pembatalan drawing merupakan peringatan awal, apa yang perlu lakukan? Segera konsolidasi dan bereskan PR yang ada. Karena saya melihat tak hanya masalah Israel saja yang jadi perhatian FIFA, tapi juga berkaitan dengan infrastruktur. Mereka saya yakin berharap Indonesia bisa sukses menjadi tuan rumah,” katanya.
Jika terkena sanksi, dunia sepak bola Tanah Air bakal terdampak. Para pemain terbaik negeri ini kehilangan kesempatan bersaing di pentas internasional. Pada periode 2015-2016 Indonesia pernah merasakan pahitnya sanksi dari FIFA, dikucilkan dari pentas internasional.
Gara-gara dilarang berkiprah di ajang resmi, ranking Indonesia melorot drastis. Mimpi melihat Indonesia berprestasi makin jauh, karena secara ranking FIFA Tim Merah-Putih terlempar jauh.
Di level domestik pun kompetisi kian sulit mendapatkan sponsor kakap. Perusahaan kakap berfikir ulang mau berinvestasi ke klub maupun PSSI. Ujungnya jika kondisi makin parah, pelaksanaan kompetisi akan tersendat karena masalah dana.
“Jangan sampai hal itu terjadi. Mimpi buruk buat sepak bola kita. Jangan bermain-main dengan kesepakatan yang sudah dibuat dengan FIFA. Kita jadi host prosesnya mengajukan diri, bukan ujuk-ujuk FIFA yang minta. Taati kesepakatan yang ada. Segera cari air untuk memadamkan kebakaran yang timbul,” tutur Kusnaeni. (fat)