Jakarta (pilar.id) – Pengamat politik Burhanuddin Muhtadi mengatakan, ada tendensi kenaikan elektabilitas Prabowo Subianto selama tiga bulan terakhir.
Uniknya, Burhanuddin Muhtadi menyebut bahwa kenaikan basis pendukung Prabowo Subianto ini justru berasal dari para pendukung Joko Widodo, bukan dari basis pendukung Prabowo Subianto di Pemilu 2019.
“Tetapi berasal dari basis pendukung Pak Jokowi,” kata Burhanuddin Muhtadi di Jakarta, Minggu (9/4/2023).
Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia ini menemukan pola, pemilih Jokowi pada 2019 sebagian suaranya sudah mengalir ke Prabowo. Berdasarkan data, mereka mulai mengalihkan dukungan politiknya per November 2022.
“Jadi ketika November 2022 Pak Jokowi secara terbuka mendukung Pak Prabowo, saya catat ada 5 kali Pak Jokowi mendukung Pak Prabowo, dalam bahasa low konteks,” kata Burhanuddin.
Burhanuddin juga mencatat, Jokowi pernah memberikan dukungan kepada Ganjar. Namun, pernyataan Jokowi itu disampaikan istilah high konteks. “Misalnya, Pak Jokowi menyebut pilihlah orang yang rambutnya putih. itu nggak semua orang paham kalau Ganjar,” kata dia.
Menurut Burhanuddin, ada alasan mengapa Jokowi lebih bisa menunjukkan sikap dan dukungannya kepada Prabowo dibanding Ganjar. Ia menyebut, ada rivalitas antara king maker. Sementara, Ganjar sendiri merupakan produk PDIP yang tidak lain rekan separtai Jokowi, sehingga menimbulkan perasaan tak nyaman dengan Megawati Soekarnoputri.
“2024 ini bukan hanya pertarungan antar capres, tapi juga pertarungan antar king maker,” kata dia.
Burhanuddin menjelaskan, setidaknya ada 3 king maker dalam pemilihan presiden 2024. King maker pertama dipimpin Surya Paloh dengan koalisi perubahannya, kemudian king maker kedua Megawati Soekarnoputri, dan yang ketiga Jokowi.
“Dan karena keseganan itu (Jokowi ke Megawati), belakangan Pak Jokowi tidak memiliki persoalan psikologis apapun untuk mendukung Prabowo. Dan itu yang menyebabkan Prabowo mendapatkan durian runtuh,” kata dia. (ach/fat)