Jakarta (pilar.id) – Namanya Didik Prasetya. Namun, ia lebih banyak dikenal masyarakat luas dengan nama Didi Kempot. Sang Bapak Patah Hati atau Godfather of Broken Heart dari para Sobat Ambyar.
Julukan, yang didapatkan Didi Kempot di masa kejayaan keduanya yang berlangsung sejak tahun 2016 hingga meninggal dunia di tahun 2020. Masa kejayaan kedua yang terjadi setelah mengeluarkan single lagu keroncong dangdut (congdut) berjudul “Suket Teki”.
Didi Kempot adalah musisi legendaris Indonesia. Bahkan, Google membuatkannya Doodle Art dan ditampilkan pada Minggu, 26 Februari 2023 hari ini.
Sebagai musisi keroncong dangdut yang konsisten menulis lagu-lagu berbahasa jawa, Didi Kempot adalah salah satu musisi tersukses di Indonesia. Karir musiknya tidak hanya mekar di dalam negeri bahkan sampai ke luar negeri.
Selama berkarir lebih dari 30 tahun sejak jadi musisi jalanan sampai mengisi panggung-panggung musik nasional, Didi Kempot telah menulis lebih dari 700 lagu.
Didi Kempot lahir dari keluarga yang kental dengan nuansa seniman. Didi Kempot lahir 31 Desember 1966 dan meninggak pada 5 Mei 2020. Ia adalah anak dari seorang seniman tradisional, Hadi Wiranto sekaligus adik dari pelawan Srimulat, Mamiek Prakoso.
Didi Kempot memulai karirnya sebagai musisi jalanan di Surakarta. Ia kemudian memberanikan diri melancong ke Jakarta di tahun 1987. Bersama beberapa rekannya, Didi Kempot mengamen bersama di sejumlah daerah seperti Slipi, Senen, Palmerah, hingga Cakung.
Momen perjuangan sebagai musisi jalanan ini yang kemudian memunculkan nama Kempot sebagai nama belakangnya. Berasal dari singkatan kata Kelompok Pengamen Trotoar.
Masa kejayaan kedua Didi Kempot benar-benar jadi fenomena tersendiri. Bahkan, mungkin masa kejayaan keduanya justru lebih besar dari yang pertama.
Bermula dari ketika lagu “Suket Teki” tetiba jadi hits di berbagai media sosial. Suket Teki di-cover banyak penyanyi dangdut muda lainnya. Suket Teki menjadi viral, dan kembali mengangkat nama Didi Kempot di dunia musik nasional.
Dangdut, yang banyak diasosiasikan sebagai lagu daerah, naik tingkat dan banyak ditampilkan di berbagai acara musik televisi nasional. Di masa jaya Didi Kempot yang kedua ini, lahir lah kelompok yang menyebut diri sebagai Sobat Ambyar.
Kelompok anak muda Sobat Ambyar ini sudah terpaut jauh dengan generasi Didi Kempot. Namun, mereka merasa begitu dekat dan relate dengan lirik lagu-lagu patah hati gubahan Didi Kempot.
Sebelum menjadi Bapak Patah Hati dan kembali terkenal melalui lagu “Suket Teki” dan “Kalung Emas”, Didi Kempot mula-mula melambungkan namanya di dunia musik Indonesia melalui lagu “Cidro” yang ia luncurkan di tahun 1989 dalam sebuah album perdana.
Empat tahun berselang di 1993, “Cidro” membawa perjalanan musik Didi Kempot melambung jauh ke luar negeri. Ia melakukan tur musik ke Suriname dan Cidro, jadi salah satu lagu paling terkenal di Suriname ketika itu.
Dalam perjalanannya, Didi Kempot juga sempat singgah di Belanda pada tahun 1996. Tepatnya di Kota Rotterdam. Di sana, ia menciptakan dan merekam lagu berjudul “Layang Kangen”. Salah satu lagu andalan Didi Kempot.
Didi Kempot kemudian kembali ke Indonesia pada tahun 1998. Di tahun itu, Didi Kempot kembali melahirkan lagu keroncong dangdut berlirik bahasa jawa yang kemudian menjadi salah satu lagu legendaris berjudul “Stasiun Balapan”.
Memasuki tahun 2000 an, popularitas Didi Kempot terus menanjak di dunia musik nasional. Namun, mendekati tahun 2010 ke atas, karirnya mulai meredup.
Didi Kempot mengalami apa yang juga banyak pelaku musik Indonesia terutama Band Pop saat itu alami, meredupnya karir musik di era pergantian menuju masa digital.
Namun, Didi Kempot kembali menjalani masa kejayaan kedua sejak tahun 2016 hingga akhir hayatnya. Didi Kempot yang memulai karir sebagai pengamen jalanan dari Kota Surakarta ke jalanan Jakarta, meninggal dunia sebagai salah satu legenda musik Indonesia.
Dimana, momen ketika Didi Kempot menerima Legend Award sebagai Legenda Musik Indonesia oleh Anugerah Musik Indonesia tahun 2020, diabadikan oleh Google melalui Google Doodle untuk tanggal 26 Februari di Indonesia dan Inggris. (fat)