Jakarta (pilar.id) – Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Elestianto Dardak, memainkan peran penting dalam merumuskan strategi transformasi digital bersama kepala daerah dari negara-negara anggota ASEAN. Ini terjadi dalam acara Meeting of Governors/Mayors of ASEAN Capitals (MGMAC) dan ASEAN Mayor Forum (AMF) Summit 2023 yang berlangsung pada Selasa (1/8/2023) di Jakarta.
Strategi transformasi digital yang dirumuskan bersama tersebut menghasilkan sebuah rumusan terkait pengelolaan data yang mengedepankan standardisasi dan penjaminan keamanan data.
Emil Dardak, yang memimpin perumusan strategi ini, menyampaikan bahwa strategi tersebut menekankan pentingnya standardisasi dalam pengelolaan data serta perlunya jaminan keamanan data.
“Saya merekomendasikan hal-hal terkait digitalisasi, terutama pengelolaan data. Ini mencerminkan peluang dan tantangan yang ada. Rekomendasi dari diskusi ini akan mengarah pada perlunya standardisasi data dan perlindungannya,” ungkapnya.
Selain pentingnya standardisasi, Emil juga menekankan pentingnya integrasi data untuk mencegah tumpang tindih pada pengelolaan dan penyimpanan data.
“Ini sejalan dengan apa yang kami kembangkan di Jatim. Kami memiliki data warehouse (Satu Data atau Sata) yang nantinya dapat diintegrasikan dengan data lake yang mencakup data sql dan non sql. Dengan cara ini, data dapat diolah menggunakan berbagai alat dan diadaptasikan sesuai kebutuhan,” jelasnya.
Pada Rabu (2/8/2023), Wakil Gubernur Emil menyampaikan strategi transformasi ini dalam ASEAN Mayor Forum Summit di Fairmont Hotel Jakarta.
“Hal ini berkaitan dengan keamanan data warga negara kita. Kami juga telah merumuskan metode dan praktik terbaik untuk mempercepat transformasi digital. Data ini juga berpengaruh pada pengambilan keputusan di tingkat daerah,” tambahnya.
Lebih lanjut, Emil Elestianto Dardak mengungkapkan bahwa transformasi digital tidak hanya berdampak pada pemerintahan dan layanan publik, tetapi juga memengaruhi masyarakat dan ekonomi lokal.
“Hal ini terbukti dengan bagaimana pemerintah menghadapi banyak tantangan setelah pandemi COVID-19, terutama dalam pemulihan ekonomi,” ungkapnya.
Emil menyoroti dampak disrupsi ekonomi yang mengakibatkan banyak pelaku bisnis terpaksa menghentikan usaha mereka karena model bisnis tradisional yang sudah tidak relevan.
“Oleh karena itu, penting bagi UMKM untuk bertransformasi dan berinovasi. Diperlukan upaya untuk mengembangkan UMKM,” tambahnya.
Di Jawa Timur, upaya untuk meningkatkan inovasi dan transformasi digital UMKM diterapkan melalui pendirian Millennial Job Center (MJC) yang memberikan wadah bagi pelaku UMKM, startup, dan talenta kreatif muda.
“Ini akan memfasilitasi ketiganya, memberikan inovasi pada produk UMKM, memberikan peluang kerja kepada talenta kreatif muda. Saat ini, MJC telah memberdayakan lebih dari 7 ribu UMKM dan lebih dari 3 ribu talenta muda,” paparnya.
“Inilah yang membuat ketahanan ekonomi di Jawa Timur tetap kuat, meskipun menghadapi banyak tantangan pasca pandemi,” lanjutnya.
Selain itu, Emil menekankan pentingnya ketahanan untuk mencegah kekerasan dan ekstremisme, yang juga dapat berkembang melalui teknologi dan aliran informasi yang tidak terkendali.
Ketahanan ini juga dianggapnya penting untuk mengatasi krisis iklim yang terjadi di berbagai wilayah. Di Jawa Timur, misalnya, musim kemarau seringkali diikuti oleh kekeringan, sementara musim hujan berpotensi menyebabkan banjir.
“Oleh karena itu, ketahanan terhadap bencana menjadi prioritas utama dan tidak boleh dikompromikan demi kepentingan politik apapun,” pungkasnya.
Emil menegaskan bahwa transformasi digital, pengelolaan data, dan teknologi memainkan peran penting dalam proses mitigasi dan penanganan bencana, pemulihan ekonomi, dan melawan ekstremisme. (hdl)