Jakarta (pilar.id) – Aktivitas erupsi Gunung Anak Krakatau, Perairan Selat Sunda, Provinsi Lampung, terekam Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Sabtu (18/3/2023).
Dalam keterangan tertulisnya disampaikan, erupsi gunung ini dalam bentuk lontaran abu vulkanik kurang lebih 500 meter. Erupsi terjadi pada pukul 14.46 WIB.
“Kolom abu teramati berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas sedang hingga tebal ke arah barat daya,” jelas Petugas Pos Pengamatan Gunung Anak Krakatau Ade Yasser.
Disampaikan pula, sejak 24 April 2022, aktivitas Gunung Anak Krakatau ini sudah berada pada status level III atau Siaga.
Untuk itu pihak PVMBG menyampaikan rekomendasi agar wisatawan, pengunjung, dan masyarakat tidak mendekati gunung api tersebut dalam radius lima kilometer dari kawah aktif.
Gunung Anak Krakatau masih menjadi gunung berapi aktif dan terus menunjukkan aktivitas vulkanik. Dalam beberapa tahun terakhir, telah terjadi beberapa erupsi yang telah menyebabkan kerusakan dan kerugian yang signifikan.
Menurut catatan sejarah, Gunung Anak Krakatau muncul sebagai hasil dari letusan dahsyat Gunung Krakatau pada tahun 1883. Letusan itu menghancurkan sebagian besar tubuh Gunung Krakatau dan membentuk kawah raksasa di tengah laut.
Setelah letusan tersebut mereda, letusan kecil dan erupsi masih terus terjadi di lokasi tersebut. Pada tahun 1927, sebuah pulau kecil mulai muncul di kawah tersebut dan terus tumbuh dengan letusan vulkanik hingga menjadi Gunung Anak Krakatau yang kita kenal saat ini. Sejak itu, gunung tersebut terus menunjukkan aktivitas vulkanik, termasuk erupsi besar yang terjadi pada tahun 2018. (hdl)