Jakarta (pilar.id) – Nama Taufik Hidayat hingga saat ini memang masih sangat melekat dengan bulu tangkis Indonesia. Namanya melegenda hingga saat ini. Mantan tunggal putra andalan tersebut menjadi tolok ukur kesuksesan para atlet di generasi selanjutnya.
Satu sisi, hal tersebut berpotensi membawa motifasi agar para atlet bulu tangkis Indonesia khususnya di nomor tunggal putra bisa mengikuti kesuksesan Taufik Hidayat.
Di sisi lain, hal tersebut juga bisa membebani para pemain. Bahkan, Hendrawan, mantan pebulu tangkis nasional meminta agar masyarakat tidak membebani Ginting, Jonatan ataupun para pebulu tangkis lainnya supaya menjadi Taufik.
“Generasi setelah mereka apapun hasilnya pasti akan dibandingkan. Tapi kan tidak semua orang boleh jadi seperti Taufik, Lin Dan. Tidak semua orang boleh menjadi Susy Susanti. Kalau seperti saya banyak, karena saya bukan seorang legenda,” tutur Juara Dunita tahun 2001 tersebutdiikuti tawa saat ditemui di Senayan, Jakarta, Jumat (11/11/2022).
Lebih lanjut, terkait performa para pebulu tangkis tunggal putra Indonesia yang dinilai mengalami penurunan. Menurutnya, Anthony Sinisuka Ginting, serta Jonatan Christie dan para pemain lainnya tidak tampil buruk di ajang internasional.
“Sebenarnya prestasi Ginting dan Jonatan atau sekarang yang ada di Indonesia dibilang jelek, ya semestinya tidak, ya,” katanya.
Menurut pria yang kini aktif sebagai pelatih timnas Malaysia itu, kekurangan Ginting cs lebih dikarenakan adanya pembanding dengan legenda tunggal putra Indonesia sebelumnya seperti Taufik Hidayat.
Hal tersebut membuat perjuangan dan prestasi lini tunggal putra saat ini dinilai tak sekuat generasi sebelumnya.
“Generasi mereka adalah generasi yang akan selalu dibandingkan dengan generasi Taufik. Indonesia pernah mengalami generasi yang terbaik seperti Taufik, Malaysia pun ada satu generasi seperti Lee Chong Wei,” ungkap Hendrawan.
Hendrawan menyebut apapun yang dihasilkan pemain-pemain era sekarang pasti akan selalu dibandingkan dengan generasi yang “legend”. Hal itu juga terjadi di negara lain, seperti di China yang memiliki Lin Dan, katanya.
Ia pun mengatakan bahwa membanding-bandingkan seorang atlet yang masih berjuang dengan para legenda yang sudah pensiun bukan hal bijak, karena setiap atlet pasti akan menemukan jalan kesuksesan masing-masing.
Masyarakat pun diminta agar tidak menaruh harapan agar Ginting, Jonatan, atau lainnya bisa seperti Taufik karena hal tersebut hanya akan menjadi beban yang menghambat perkembangan pemain.
Perkembangan atlet juga tak lepas dari peran pelatih yang terus mendampingi dan memberikan arahan terbaik. Oleh sebab itu atlet berperan untuk menentukan arahnya sendiri agar terus berprestasi.
“Kita pelatih kan mendampingi. Seperti balap reli, mereka jadi driver dan kami navigator. Pelatih memberikan arahan, tinggal si atlet yang mau ke arah mana?,” pungkas Hendrawan. (fat)