Jakarta (pilar.id) – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat, penerimaan negara hulu migas sudah mencapai 9,7 miliar Dollar AS atau setara dengan Rp140 triliun per Juni 2022.
Capaian tersebut merupakan 97,3 persen dari target penerimaan negara pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2022 sebesar 9,95 miliar Dollar AS.
“Kami bersyukur, industri hulu migas tetap mampu memberikan penerimaan negara yang optimal,” kata Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto, di Jakarta, Jumat (15/7/2022).
Ironisnya, lifting minyak dan gas bumi masih lebih rendah dibandingkan target APBN. Dwi menjelaskan, hal itu dikarenakan adanya unplanned shutdown dan mundurnya penyelesaian proyek strategis nasional hulu migas yaitu Jambaran Tiung Biru (JTB) dan Tangguh Train 3 yang telah dimasukkan dalam perhitungan pada penyusunan target lifting di APBN 2022.
“Untuk proyek strategis nasional hulu migas yang akan onstream di tahun 2022 adalah JTB. Karena itu sisa tahun 2022, akan terjadi tren peningkatan produksi dan lifting migas nasional,” terang Dwi.
Dwi menjelaskan, hingga semester I-2022 hulu migas telah melakukan pengeboran sebanyak 16 sumur ekplorasi atau lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun 2021 sebanyak 13 sumur atau lebih tinggi 23 persen. Begitupula pada kegiatan pengeboran sumur pengembangan yang mencapai 348 sumur atau lebih tinggi 87 persen dibandingkan realisasi periode yang sama tahun 2021 sebanyak 186 sumur.
SKK Migas, lanjut Dwi, terus melakukan upaya untuk mengubah cadangan migas menjadi produksi dengan mendorong Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) segera melakukan plan of development (POD) dari setiap penemuan migas. Reserve Replacement Ratio (RRR) hingga semester Pertama 2022 sudah mencapai 77 persen dan memberikan penambahan cadangan setara dengan 490,5 juta barel setara minyak (MMBOE) dengan prognosa hingga akhir tahun 2022 akan mencapai 219 persen.
“Untuk jangka panjang, keberhasilan mempertahankan RRR di atas target dan success ratio sumur eksplorasi yang tinggi akan menjadi modal berharga bagi upaya untuk merealisasikan target jangka panjang tahun 2030 yaitu produksi minyak 1 juta barel per hari (BOPD) dan gas sebesar 12 miliar kaki kubik per hari (BSCFD),” kata Dwi. (ach/hdl)