Jakarta (pilar.id) – Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati mengatakan bahwa saat ini, krisis air tengah terjadi di berbagai negara di seluruh belahan dunia.
Bahkan, Dwikorita juga menegaskan bahwa krisis air, tidak hanya terjadi di negara berkembang saja. Negara-negara maju, juga tidak lepas dari ancaman krisis air.
Ancaman krisis air tersebut, juga berpotensi terjadi di Indonesia. Diperkirakan, krisis air akan terjadi di Indonesia pada tahun 2050 mendatang.
“Meskipun Indonesia belum di lingkari (krisis air), semoga tidak,” kata Dwikorita, di Jakarta, (20/2/2023)
Untuk bisa terhindar dari ancaman krisis air tersebut, Dwikorita menekankan pentingnya mengelola air melalui pembangunan infrastruktur yang tepat.
Sebab, Indonesia tak bisa mengandalkan pasokan air dari negara lain yang notabene juga mengalami ancaman kekeringan. Caranya dengan membangun bendungan dan waduk.
“Di sinilah pentingnya ketangguhan nasional. Karena kita sudah nggak bisa bergantung pada negara lain. Negara lain mengalami kekeringan,” kata dia.
Menurut Dwikorita, mengelola air dengan baik bisa berdampak pada ketahanan pangan. Sebab, krisis air akan menyebabkan krisis pangan.
“Diprediksi sekitar tahun 2050-an, di Indonesia termasuk. Yang relatif aman, sebagian Eropa dan Asia utara. Tapi kita nggak bisa berharap impor dari negara lain,” kata Dwikorita.
Juru Bicara Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Endra S Atmawidjaja menambahkan, banyak kota-kota di Indonesia yang defisit atau kekurangan air. Karena itu, pemerintah menggalakkan pembangunan bendungan untuk menampung air.
“Ini perlu kita jamin dengan bendungan,” kata Endra
Sejak 2014, pemerintah telah mencanangkan sebanyak 61 bendungan. Hingga kini, sudah ada 36 bendungan yang selesai dan sisanya ditargetkan bakal rampung pada 2024.
“25 lagi sedang kita konstruksi, mudah-mudahan di tahun 2024 sudah selesai,” kata Endra. (ach/fat)