Jakarta (pilar.id) – Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) kembali meluncurkan inovasi untuk mendukung operasi hulu migas yang andal dan aman.
Kali ini, inovasi bernama NanoTek diciptakan untuk mengatasi tantangan tinggi risiko pada pekerjaan penggantian aktuator shut down valve (SDV) di Central Plant Flow Station (CP F/S), sekitar 36 kilometer dari pesisir Laut Jawa.
SDV merupakan perangkat penting untuk mengamankan pipa produksi saat terjadi kondisi anomali seperti tekanan melebihi batas aman.
Namun, metode penggantian aktuator SDV sebelumnya memiliki kelemahan berupa potensi kebocoran jalur tambahan suplai SDV, yang dapat mengakibatkan kerugian hingga Rp 1,4 miliar akibat terhentinya aliran hidrokarbon.
Abdurrachman Jalaluddin, Nano Supriyatno, dan Priyo Jatmiko dari fungsi Production and Project mengembangkan NanoTek sebagai solusi inovatif.
Alat ini mampu menjaga SDV tetap terbuka tanpa suplai udara bertekanan tinggi, sehingga mengurangi risiko kebocoran dan kecelakaan kerja.
Keunggulan NanoTek
- Minim Risiko: NanoTek mencegah kebocoran dan tekanan udara tinggi yang membahayakan pekerja.
- Fleksibilitas: Alat ini kompatibel dengan berbagai jenis aktuator SDV yang digunakan oleh operator migas lain.
- Kemudahan Pemasangan: Desain NanoTek memungkinkan proses instalasi cepat dan efisien.
Pengembangan dan Implementasi
Pengembangan NanoTek melalui tahap desain, simulasi, dan uji laboratorium di Center Material Processing and Failure Analysis Universitas Indonesia.
Setelah mendapat persetujuan manajemen, alat ini diproduksi dalam waktu delapan minggu dan pertama kali diterapkan pada 13 Desember 2023.
Inovasi ini telah dipresentasikan ke sejumlah operator migas lainnya, seperti Saka Energi, Harbour Energy, dan PGN, untuk diadopsi dalam mengurangi risiko serupa.
Dukung Produksi Migas Nasional
Inovasi NanoTek menjadi bukti komitmen Pertamina dalam meningkatkan keselamatan kerja sekaligus menjaga kelancaran produksi migas.
Sepanjang 2024, lapangan lepas pantai PHE ONWJ menghasilkan 25.269 barel minyak per hari (BOPD) dan 70,67 juta standar kaki kubik gas bumi per hari (MMSCFD), menjadikannya salah satu penyokong utama produksi migas nasional.
“Harapan kami, inovasi ini dapat diterapkan lebih luas untuk menurunkan risiko operasional di industri migas,” ujar Abdurrachman Jalaluddin. (hdl)