Jakarta (pilar.id) – Pengelolaan blok gas raksasa yang ada di pesisir timur Kalimantan oleh PT Pertamina Hulu Mahamak (PHM) tidak bisa lepas dari peran PT Elnusa Tbk (Elnusa).
Pasalnya, 40 tahun sudah, Elnusa terlibat membeirkan dukungan terkait pengelolaan hulu migas di Wilayah Kerja (WK) Mahakam ini.
Elnusa sudah terlibat di blok gas raksasa WK Mahakam sejak masih dalam pengelolaan Total E and P Indonesia hingga berpindah ke PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM).
Keterlibatan Elnusa di WK Mahakam terjadi sejak tahun 1980-an di bawah ketika masih dikelala oleh Total E and P Indonesia. Dimana, Elnusa mempelopori bidang jasa Hydraulic Workover Unit (HWU) & Snubbing Services.
Memasuki masa 90-an, Elnusa kembali hadir dengan inovasi baru menggunakan layanan Slickline Services, jasa Well Testing (2008), Coiled Tubing Services (2011), Cementing & Pumping Services, Mud Services dan Mud Logging Services (2019), hingga Wireline Logging (2020).
Elnusa juga melakukan inovasi bersama PHM untuk melakukan penghematan biaya operasional seperti modifikasi HWU agar bisa digunakan untuk drilling di 5 sumur lapangan Tunu.
Juga dalam penggunaan wireline combo yang bisa memangkas biaya mobilisasi, penggunaan cemen slurry merah putih yang menghasilkan bonding cement yang bagus dan penggunaan sand consolidation product dalam negeri.
Bahkan untuk kegiatan Seismic Processing dan EPC & OM Services juga sudah mulai digarap Elnusa di WK Mahakam.
Keterlibatan anak usaha Elnusa di Mahakam juga cukup diperhitungkan, dari jasa kapal barge oleh PT Elnusa Trans Samudera (ETSA) , injeksi chemical dari PT Elnusa Petrofin (EPN), hingga pekerjaan modifikasi konstruksi lewat PT Elnusa Fabrikasi Konstruksi (EFK).
“Untuk di WK Mahakam, saat ini layanan yang dikerjakan Elnusa sudah cukup komplit, dapat dikatakan 80 persen services yang ada di Elnusa sudah masuk ke sana,” terang Direktur Operasi Elnusa, Charles Harianto Lumbantobing.
Charles mengungkapkan dukungan manajemen serta personel perusahaan menjadi kunci sukses sepak terjang positif Elnusa dalam kegiatan operasi migas di blok gas yang pada awal 2023 ini produksinya mencapai 632,5 juta standar kaki kubik gas per hari (MMscfd).
“Kerja sama antara operator dengan Elnusa bisa dikatakan kerja sama partner atau mitra, di mana ada keterbukaan serta kerja bersama untuk maju bersama,” tutur Charles.
Lebih lanjut Charles menerangkan, eksistensi Elnusa di Blok Mahakam memang berawal dari adanya kepercayaan yang diberikan pihak operator, di mana Elnusa kerap ditawarkan untuk mengerjakan pilot project sampai project besar.
Contohnya pilot project untuk pemanfaatan HWU untuk kegiatan drilling, Elnusa telah mendapatkan kesempatan untuk mengerjakannya di Mahakam sejak era Total E&P Indonesie.
Kesempatan serupa juga terjadi pada jasa Coiled Tubbing Services (2011) dan Cementing (2019), padahal sebelumnya untuk pekerjaan-pekerjaan tersebut didominasi oleh perusahaan services multinasional.
“Adanya kesempatan tersebut kian meningkatkan kapasitas dan kapabilitas Elnusa dari waktu ke waktu sehingga dapat menjadi bagian penting dalam menyokong operasi migas di WK Mahakam,” jelas Charles.
Dia pun berharap Elnusa dapat terus tumbuh bersama dengan PHM di Blok Mahakam, sehingga kegiatan operasi hulu migasnya bisa berjalan optimal dan menghasilkan revenue yang baik dengan tetap mengutamakan aspek keselamatan kerja.
“Kami mengharapkan WK Mahakam tetap menjadi recurring income bagi Elnusa. Karena itu kami berupaya untuk tetap menjaga produksi di WK Mahakam tetap bagus, stabil, dan sesuai target, sehingga Elnusa dapat terus memberikan layanan jasa terbaiknya dan bahkan melakukan diversifikasi services di sana ke depannya,” bebernya.
Selain itu Charles juga mengharapkan agar kinerja positif Elnusa di Blok Mahakam dapat diimplementasikan pula di lapangan-lapangan migas lainnya di Indonesia.
“Solusi total jasa energi itu sudah dilakukan Elnusa di Blok Mahakam, semoga pencapaian ini juga bisa dibawa dan direplikasi ke tempat lain sehingga bisnis Elnusa bisa menjadi lebih besar lagi di masa depan,” pungkas Charles. (fat)