Bantul (pilar.id) – Di Kabupaten Bantul terdapat satu-satunya museum pertama di Indonesia yang mengoleksi wayang beber.
Wayang beber merupakan wayang yang cukup asing di telinga. Wayang ini, bentuknya seperti lukisan memanjang yang berisi cerita wayang.
Jenis wayang ini, termasuk paling tua. Pasalnya, dimulai dari meniru relief yang terdapat di candi.
Adalah Indra Suroinggeno. Berangkat dari kecintaannya dengan wayang, Indra membangun museum mandiri yang bernama Museum Wayang Beber Sekartaji.
“Museum Wayang Beber Sekartaji ini berdiri mulai 2017. Kami menyajikan koleksi-koleksi lukisan wayang beber yang berasal dari kolektor di seluruh Indonesia,” katanya, Senin (5/12/2022).
Indra menjelaskan, nama Museum Sekartaji berasal dari singkatan “Semedi Cakra Jawata Aji” yang melambangkan angka 1951 tahun Jawa atau tahun 2017 Masehi, tepatnya 1 Oktober 2017.
“Selain itu juga, Dewi Sekartaji juga tokoh utama di salah satu cerita wayang beber yang sabar dan setia,” tambahnya.
Museum yang berada di Gang Pancasila, Sumbermulyo, Bambanglipuro, Bantul ini terdapat lebih dari 350 koleksi benda-benda kuno seperti lukisan wayang beber dari berbagai era, lontar, gamelan, naskah, dan peninggalan kuno lainnya.
“Kami juga memiliki kegiatan rutin yang dilakukan 1-2 minggu sekali, ada pentas wayang beber, yang berjudul wayang beber pancasila karena berkisah dari sutasoma,” jelasnya.
Selain pementasan wayang beber bersama Sanggar Bhuana Alit, pihaknya juga menggelar workshop pembuatan kertas dluwang. Kertas tradisional yang mampu bertahan hingga ratusan tahun.
Adapun dalam Museum ini terdapat tiga ruang inti, yakni Ruang Sabda atau pagelaran sebagai tempat pementasan, Ruang Palon atau ruang penyimpanan, dan Ruang Serat yakni ruang lontar, naskah, dan perhiasan kuno.
“Lalu ada Ruang Citra berisi koleksi wayang beber dari masa ke masa. Kami juga berkolaborasi dengan kampus-kampus membuat audio video tentang wayang beber,” paparnya.
Nantinya, kata Indra pihaknya akan memperluasan museum dengan menyiapkan unit dua, serta terus bersinergi dengan dunia pariwisata.
“Wisata budaya akan hidup. Fokus kita adalah generasi Z, karena ketika kita tahun apa yang mereka mau kita mendapatkan pasar tertentu,” ungkapnya.
Wisatawan yang berkunjung pun berasal dari lokal, luar kota, hingga luar negeri seperti Italia, Belanda, Perancis hingga Belgia.
“Walaupun bentuknya kecil kita tapi kita mempunyai atraksi budaya yang banyak dan unik,” tutupnya. (riz/hdl)