Surabaya (pilar.id) – Satu keluarga di Perumahan Citra Garden Satu Extension, Kalideres, Jakarta, ditemukan tewas pada Kamis (10/11/2022) lalu. Banyak pihak yang menduga, keluarga tersebut menganut paham apokaliptik.
Koordinator Prodi S2 Kajian Ilmu Kepolisian Universitas Negeri Airlangga (UNAIR), Prawitra Thalib, banyak sekali penyebab kematian yang ditempuh para pengikut apokaliptik, tidak hanya dengan melaparkan diri.
“Pada banyak kejadian, pengikut paham ini menggunakan media berupa racun yang dicampurkan pada makanan atau minuman yang dikonsumsi,” kata Prawitra, dikutip Rabu (23/11/2022).
Prawitra menyebut, paham apokaliptik ada di berbagai negara, baik dari golongan berpendidikan maupun tidak. Intinya, mereka berdedikasi untuk melakukan tindakan mengakhiri hidup.
Prawitra juga menyebut bahwa pemahaman ini muncul akibat kesalahpahaman ajaran spiritual yang berakibat fatal pada keyakinan proses kematian. Menurutnya, seseorang perlu waspada jika ada pemahaman yang mengajarkan mengakhiri hidup sebagai cara untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.
Menurut Prawitra, lazimnya dalam kebanyakan pengikut sekte proses kematian tidak dilakukan secara sembarangan.
Apokaliptik sendiri adalah sebuah paham yang percaya bahwa dunia sudah banyak kejahatan dan maksiat dan akan diganti dengan dunia baru. Para pengikut paham ini ingin meninggalkan dunia sebelum adanya penghakiman atau munculnya kiamat.
Para penganut paham ini berspekulasi bahwa mereka lebih baik mengakhiri hidup dengan lebih terhormat sebelum terjadinya kiamat. Keterbatasan diri dan putus asa terhadap sistem kehidupan yang ada, merupakan salah satu penafsiran pesimisme dari para pengikut paham ini.
“Apokaliptik tumbuh subur dalam lingkup masyarakat yang putus asa pada suatu sistem dan menganggap ini adalah hukuman Tuhan sehingga mereka lebih baik menghadap Tuhan sebelum Tuhan memanggil mereka,” kata tutur Prawitra. (her/din)