Jakarta (pilar.id) – Alonzo Brata baru saja menggelar konser musik jazz yang cukup menggemparkan. Pasalnya, musisi yang kerap dipanggil Alonzo tersebut berhasil mendatangkan tiga musisi jaz legendaris dari tiga generasi berbeda.
Alonzo Brata, yang baru berusia 19 tahun Sabtu (24/9/2022) malam menggaet dua legenda jaz Indonesia, penyanyi Margie Segers (72 tahun) dan gitaris Oele Pattiselanno (76 tahun), serta senior-nya, pianis Nial Djuliarso (41 tahun).
Mereka ditampilkan Alonzo sebagai “tamu spesial” dalam konsernya yang digelar di Motion Blue, Jakarta.
Alonzo, yang disebutkan oleh Motion Blue sebagai rising star. Pasalnya, Alonzo memang terbilang pemain baru di industri musik jazz Indonesia. Ia baru muncul muncul pada 2022 dengan meluncurkan album pertama, yang bertajuk Giant Baby Steps.
Namun, album yang digarap bersama Nial Djuliarso beserta band East Side Jazz Initiative itu sudah mulai mendapat apresiasi. “Giant Baby Steps” adalah nomine penghargaan musik AMI Awards 2022 pada kategori Album Jazz Terbaik.
Margie, Oele, dan Nial muncul pada sesi kedua konser, setelah Alonzo melantunkan sejumlah lagu yang diambil dari “Giant Baby Steps” serta koleksi lagu klasik jazz Amerika, seperti “Ain’t That A Kick in the Head”, “Fascinating Rhythm”, dan “I Won’t Dance”.
Selama sesi pertama, pria bersuara bariton itu diiringi oleh pemain bas Joshua Alexander, pemain drum Deska Anugrah Samudra, dan pianis Rio Manuel.
Sepanjang tiga jam konser, Alonzo membawakan lagu-lagu dengan berbagai irama, termasuk balad, bossanova, dan swing.
Penampilannya dalam membawakan lagu-lagu berirama swing memancing para penonton, terutama dari komunitas dansa swing, Indoswing– untuk menari. Mereka melahap hampir semua lagu-lagu swing –baik bertempo cepat maupun lambat– dengan memenuhi lantai dansa.
Ganti lirik
Sesi kedua dibuka dengan penampilan Oele, yang bersama band tersebut membawakan lagu instrumental “Stompin’ at the Savoy”. Margie Segers lalu naik panggung bergabung dengan Oele. Margie antara lain menyanyikan lagu andalannya, “Semua Bisa Bilang”.
Selama menampilkan beberapa lagu, Margie kerap berkomunikasi dengan para penonton yang memenuhi ruangan.
Gelak tawa para penonton kerap terdengar saat ia melantunkan lagu –yang terkadang ia ganti liriknya– atau ketika ia menceritakan pengalaman sebagai penyanyi yang sudah banyak makan ‘asam garam’.
Energi seperti itu sedikit demi sedikit ia tularkan kepada Alonzo, yang ia undang untuk berduet, untuk menyanyikan lagu “Route 66” dan “Fly Me to the Moon” dan dalam irama swing.
“Fly Me to the Moon” juga menjadi lagu yang menyatukan para musikus tiga generasi itu, saat Nial diundang Margie naik panggung. Lagu mengalir dengan dipenuhi improvisasi dari masing-masing musikus.
Alonzo, yang sebelumnya pada sesi satu tampak agak malu-malu, akhirnya mulai berani berimprovisasi dalam penampilannya dengan mengubah lirik yang juga membuat para penonton tertawa terbahak-bahak.
Untuk “membalas” pancingan Margie, misalnya, pria yang terinspirasi oleh banyak artis jazz Amerika seperti Frank Sinatra, Louis Amstrong, dan Nat King Cole itu, mengubah sebagian lirik “Fly Me to The Moon”.
Lirik “In other words, baby, kiss me” ia nyanyikan menjadi “In other words, baby, don’t kiss me” — sambil melirik ke arah Margie. Tepuk tangan meriah bergemuruh ketika ketika Alonzo, Margie, Oele, dan Nial mengakhiri lagu tersebut.
Setelah itu, Alonzo berduet dengan Nial membawakan dua lagu jaz balad berjudul “Glad to be Unhappy” dan “Nature Boy”, yang masing-masing dipopulerkan oleh Frank Sinatra dan Nat King Cole.
Bersama band, Alonzo dan Nial juga membawakan beberapa lagu berirama swing, termasuk “Strollin’ Down the Avenue” yang diciptakan Nial ketika ia malang melintang berkarier sebagai musikus jaz di Amerika Serikat.
Konser tiga jam Alonzo berakhir dengan lagu “Hello Dolly”. Sambil menempelkan satu tangannya di dada, Alonzo berdiri di atas panggung menutup pertunjukan, “Saya merasa sangat terhormat bisa tampil bersama mereka.” (fat)