Jakarta (pilar.id) – Bulan Ramadhan sudah memasuki 29 hari. Artinya, lebaran tinggal menghitung hari. Namun, terjadi silang pendapat antar ormas Islam dan pemerintah.
Ormas Muhammadiyah telah menetapkan lebaran jatuh pada Senin (2/5/2022). Sedangkan Nahdlatul Ulama (NU) belum memastikan kapan tepatnya lebaran dirayakan.
Mantan Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Helmy Faishal Zaini mengatakan, lebaran akan jatuh pada Senin 2 Mei 2022. “Kalau bocorannya tanggal 2,” ucapnya, Sabtu, (30/5/2022).
Sementara Rais Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Muhammad Cholil Nafis ketika dimintai keterangan, hanya menjawab malam ini masih menjalankan sholat Tarweh. “Iya, tarweh dulu,” katanya,
Nahdlatul Ulama (NU), biasanya menggunakan metode Rukyat atau Rukyatul Hilal dan Hisab untuk menentukan 1 Ramadhan atau 1 Syawal.
Adapun Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah menyatakan, penetapan 1 Syawal sebagaimana tertuang dalam Maklumat Nomor 01/MLM/I.0/E/2022 tentang Penetapan Hasil Hisab Ramadhan, Syawal, dan Zulhijah 1443 H. Muhammadiyah menggunakan metode hisab hakiki wujudul hilal yang berpedoman pada Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah.
Sementara itu, Wakil Wakil Menteri Agama (Wamenag) Zainut Tauhid Sa’adi, memberikan sinyal bahwa lebaran akan jatuh pada 2 Mei 2022. Hal itu dikarenakan hilal sudah terlihat 3 derajat pada 1 Mei 2022.
Namun, terkait perbedaan pendapat tentang perayaan hari raya Idul Fitri, Zainut menyampaikan pemerintah punya panduan untuk menentukan waktunya secara tepat. Bagi masyarakat yang berbeda, Kemenag akan terus melakukan pendekatan dengan baik.
“Agar mereka memiliki pedoman perhitungan baik awal Ramadhan maupun awal Syawal,” kata Zainut.
Pemerintah melalui Kementerian Agama (Kemenag) akan menetapkan 1 Syawal 1443 H melalui pemantauan hilal dan sidang isbat pada Minggu (1/5/2022), besok.
Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam (Dirjen Bimas Islam) Kemenag Kamaruddin Amin mengatakan, sidang isbat akan mempertimbangkan hasil hisab (perhitungan astronomis) dan hasil konfirmasi rukyatul hilal (pemantauan hilal). Meski begitu, secara hisab posisi hilal di Indonesia saat sidang isbat mendatang sudah memenuhi kriteria baru MABIMS, yakni ketinggian minimal 3 derajat dan elongasi minimal 6,4 derajat.
Ia melanjutkan, pada 29 Ramadhan 1443 H atau 1 Mei 2022, tinggi hilal di Indonesia antara 4 derajat 0,59 menit sampai 5 derajat 33,57 menit dengan sudut elongasi antara 4,89 derajat sampai 6,4 derajat.
“Artinya, secara hisab pada hari tersebut posisi hilal awal Syawal di Indonesia telah masuk kriteria baru MABIMS,” ujar dia di Jakarta pada Senin (25/4/2022), dilansir dari laman Kemenag. (ach/hdl)