Jakarta (pilar.id) – Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam), Mahfud MD menegaskan, Nahdlatul Ulama (NU) adalah elemen penting dalam membangun persatuan dan menjaga wasathiyah Islam, atau Islam yang terbuka. Karena NU adalah penyangga terkuat dari NKRI.
“Ini sungguh-sungguh. Saudara semua wajib menjaga paham moderasi beragama, wasathiyah Islam, yaitu paham Islam yang terbuka, Islam yang dalam istilah ilmu politik yaitu Islam yang menganut paham kesewargaan, semua orang mempunyai hak dan derajat yang sama,” kata Mahfud dalam keterangan persnya, Sabtu (13/8/2022).
Mahfud menekankan pentingnya menjaga kebersatuan. Di dalam amanat Presiden Joko Widodo, lanjut Mahfud, disebutkan bangsa Indonesia merdeka karena bersatu.
“Oleh sebab itu, jika ingin menjaga kemerdekaan kita harus bersatu, kalau kita tidak menjaga kebersatuan itu, maka Indonesia Emas tidak akan tercapai,” kata dia.
Mahfud juga menjelaskan mengenai wajah Indonesia Maju pada 2045, yaitu Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Secara ekonomi, misalnya sudah maju, sudah hidup layak diatas rata-rata pendapatan per kapitanya 24 ribu dolar AS, sehingga nantinya dipolarisasi atau trayektori dunia di tahun 2045 Indonesia akan ada diurutan ke-5 kekuatan besar dunia.
Untuk menuju itu, lanjut Mahfud, diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas. Misalnya melalui program pemerintah.
Menurut Mahfud, untuk membangun birokrasi pemerintah ada 3 hal. Pertama, menghilangkan birokratisasi yang bertele-tele. Kedua, digitalisasi pemerintah melalui e-government yang kini dijadikan program unggulan di dalam pemerintahan. Ketiga, sumber daya manusia yang berkualitas.
“Menyongsong Indonesia Emas di tahun 2045 itu, mari kita PBNU kuatkan komitmen Indonesia berdasarkan ideologi Pancasila, itu sudah final. Orang Islam tidak usah berteriak menjadikan Indonesia sebagai negara Islam, wajah kita di dunia itu sudah disebut negara Islam, ngapain teriak-teriak simbolik seperti itu. Karena sekarang sudah terjadi mobilitas sosial vertical naik di kalangan umat islam.” Kata Mahfud MD.
Menurut mantan Ketua Mahkamah Konstitusi ini, demokrasi membuat pintu untuk mobilitas sosial vertical. Oleh sebab itu, PBNU tidak perlu ikut berpikiran radikal karena yang terpenting bagi umat Islam untuk hidup bersama dan maju bersama di Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila.
“Mari kita majukan Indonesia, karena dengan demokrasi akan terjadi pertumbuhan eksponensial tentang tokoh-tokoh NU dan ini akan maju ke berbagai kehidupan, karena hebatnya orang NU itu tawadhu tapi pintar,” tutupnya. (her/hdl)