Jakarta (pilar.id) – Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) merilis survei bertajuk “Ekonomi-Politik 2021 dan Harapan 2022: Opini Publik Nasional”. Salah satu temuan surveinya menyatakan, tingkat kepuasan publik atas kinerja Presiden Joko Widodo mencapai 71,7 persen.
Direktur Riset SMRC, Deni Irvani, dalam presentasi hasil surveinya menunjukkan bahwa dalam survei Desember 2021, mayoritas warga, 71,7 persen, sangat atau cukup puas dengan kerja Presiden Jokowi. Yang kurang atau tidak puas hanya sekitar 25,3 persen. Sementara yang tidak menjawab masih ada sekitar 3 persen.
“Tingkat kepuasan ini stabil dalam dua tahun terakhir,” ungkap Deni, seperti dikutip Senin (27/12/2021).
Deni melanjutkan, tingkat kepuasan pada kinerja presiden ini sejalan dengan evaluasi publik pada kinerja pemerintah pusat dalam menangani wabah covid-19 dan pemulihan ekonomi. Mayoritas warga, 75 persen, merasa sangat atau cukup puas dengan kerja pemerintah pusat menangani covid-19. Sementara yang kurang atau tidak puas hanya 22 persen, dan yang tidak menjawab 3 persen.
“Kepuasan ini, mengalami kenaikan dari 61 persen pada survei Oktober 2020 menjadi 75 persen pada Desember 2021,” terang Deni.
Sementara dari aspek penangan ekonomi, ditemukan ada 60,1 persen warga yang merasa sangat atau cukup puas dengan kerja pemerintah pusat menangani pemulihan ekonomi akibat covid-19. Yang kurang atau tidak puas sekitar 34,7 persen, dan tidak tahu atau tidak jawab 5,2 persen.
Deni menjelaskan, tingkat kepuasan ini naik dalam tiga bulan terakhir, dari 50,7 persen pada September 2021 menjadi 60,1 persen pada survei terakhir Desember 2021.
Prospek Ekonomi 2022
Temuan survei SMRC lainnya juga menyatakan bahwa mayoritas warga optimistis dengan kondisi ekonomi nasional ke depan.
Kata Deni, dalam presentasi hasil survei tersebut menyatakan bahwa ada 31,9 persen warga yang menilai kondisi ekonomi nasional sekarang lebih buruk atau jauh lebih buruk dibanding tahun lalu. Sementara yang menyatakan sebaliknya lebih banyak, 36,3 persen menilai lebih baik atau jauh lebih baik. Ada 27 persen menilai tidak ada perubahan. Yang tidak tahu atau tidak menjawab 4,8 persen.
“Sebelum ada wabah covid-19, pada survei Juni 2019, yang menilai kondisi ekonomi nasional lebih buruk atau jauh lebih buruk dibanding tahun sebelumnya sekitar 17,5 persen. Setelah ada wabah covid-19, sentimen negatif tersebut naik tajam menjadi 60,3 persen pada survei Oktober 2020,” papar Deni.
Meski belum kembali ke posisi sebelum ada wabah covid-19, lanjutnya, sentimen negatif atas kondisi ekonomi nasional menurun dari 60,3 persen pada Oktober 2020 menjadi 31,9 persen pada survei terakhir Desember 2021. Sementara sentimen positif naik dari 15,2 persen menjadi 36,3 persen pada periode yang sama.
Konsisten dengan temuan ini, optimisme warga akan ekonomi nasional sangat tinggi. Ada sekitar 62,2 persen warga yang menilai ekonomi nasional tahun depan lebih baik atau jauh lebih baik dibanding sekarang. Sementara yang menilai akan lebih buruk atau jauh lebih buruk ada 10,6 persen, dan yang menilai tidak ada perubahan 19,2 persen. Masih ada 7,9 persen yang tidak tahu atau tidak menjawab.
Temuan ini, terang Deni, sejalan dengan optimisme warga pada ekonomi rumah tangganya. Ada sekitar 72,9 persen yang menilai ekonomi rumah tangga tahun depan akan lebih baik atau jauh lebih baik dibanding sekarang.
“Sementara yang menilai akan lebih buruk atau jauh lebih buruk hanya sekitar 6,7 persen, dan yang menilai tidak ada perubahan 15,9 persen. Yang tidak tahu atau tidak menjawab sebesar 4,4 persen,” imbuhnya.
Adapun, Survei SMRC ini dilakukan pada 8-16 Desember 2021 melalui tatap muka atau wawancara langsung dengan melibatkan 2.420 responden terpilih secara acak (multistage random sampling) dari seluruh populasi Indonesia yang berumur minimal 17 tahun atau sudah menikah. Response rate (responden yang dapat diwawancarai secara valid) sebesar 2.062 atau 85 persen. Margin of error survei diperkirakan sebesar ± 2,2 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. (her)