Jakarta (pilar.id) – Direktur Center for Indonesian Reform, Mohammad Hidayaturrahman menyebut, saat ini peran media online dan media sosial sangat mempengaruhi pemikiran pemilih atau masyarakat dalam memilih calon pemimpinnya.
Info yang disajikan media dan kemudian ditanggapi di media sosial, bisa menjadi referensi bagi masyarakat untuk memahami isu aktual dan tokoh yang terlibat di dalamnya.
Kata dia, sebagian isu di media online dan media sosial berpengaruh terhadap perilaku pemilih di Indonesia. Pengaruhnya parsial, tidak bersifat absolut.
“Artinya pemilih yang terpengaruh terhadap pemberitaan di media online atau perbincangan media sosial, tidak memiliki bahan referensi lain. Mereka tergiring untuk membangun dukungan dan simpati,” kata Hidayaturrahman, Senin (10/1/2022).
Namun, lanjut Hidayat, pemberitaan di media online dan perbincangan medsos tidak akan berpengaruh terhadap pemilih yang memiliki pengalaman berinteraksi langsung dengan objek yang diberitakan.
Sebab, interaksi langsung yang akan dijadikan dasar opini dan sikap terhadap objek.
“Bila berita di media online sama dengan hasil interaksi, maka itu menguatkan. Namun bila berita di media online berbeda dengan hasil interaksi, maka yang dipegang adalah hasil interaksi, bukan berita di media,” tegasnya.
Ia menambahkan, dalam pandangan teori realitas sosial maka tidak semua yang terjadi di media dapat menggambarkan realitas di dunia nyata. Karena ada proses konstruksi terhadap apa yang muncul di media online, terlebih lagi di media sosial.
Bila mengkaji representasi dari kemunculan isu yang ada di media sosial atau media online, maka realitas yang terbentuk di media sosial, paling maksimal 30 persen menggambarkan realitas di dunia nyata.
“Berbeda soalnya, bila apa yang muncul di media sosial, didesakkan untuk menjadi semacam agenda yang diikuti oleh publik pada dunia nyata. Hal itu akan menjadi rekayasa politik yang menarik di era digital,” tandasnya. (her)